KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah harus ekstra kerja keras agar bisa keluar dari jebakan pertumbuhan ekonomi 5% yang berlangsung dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Sebagaimana diketahui, pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi yang sangat ambisius sebesar 8% pada 2029 mendatang, dengan target sasaran yang meningkat setiap tahunnya. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,3%, selanjutnya target ditingkatkan menjadi 6,3% pada 2026, menjadi 7,5% pada 2027, menjadi 7,7% pada 2028, dan menjadi 8% pada 2029.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Rachmat Pambudy menyampaikan, periode ini adalah kesempatan terakhir pemerintah untuk mengejar target pertumbuhan tersebut. “Kenapa kita harus mencapai pertumbuhan yang tinggi dan berkualitas? Kalau tidak mencapai maka kita tidak akan kemana-mana. Jadi now or never. Kenapa ini kesempatan terakhir? Karena bonus demografi kita ada disitu,” tutur Rachmat saat melakukan rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Kamis (13/3). Baca Juga: Bappenas Sebut 50 Juta Pekerja RI Hanya Dibayar Rp 500 Ribu Per Minggu Adapun Indonesia digadang-gadang akan mulai memetik bonus demografi pada tahun 2025-2037 dengan banyaknya penduduk usia produktif. Diperkirakan jumlah penduduk usia kerja akan mencapai 76% dari jumlah penduduk dan usia lanjut hanya mencapai 10,7%. Menurut Rachmat, momentum tersebut harus dimanfaatkan dengan baik untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Bila tidak, maka Indonesia akan terjebak sebagai negara middle income trap. Ia menjelaskan, bonus demografi Indonesia harus dimanfaatkan dengan baik, lantaran kondisi statistik sumber daya manusia (SDM) di dalam negeri tidak baik-baik saja. Kondisi SDM yang buruk ditandai dengan, 180 juta masyarakat Indonesia kurang gizi. “Sepertiga dari anak muda mengalami stunting, ini hampir irreversible (tidak dapat diubah lagi). Visa kita hanya sedikit dari Timor Leste,” ungkapnya. Baca Juga: Bappenas Sebut Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Indonesia Tertinggal dari Negara Kawasan Kemudian, prevalensi TBC mencapai 1 juta orang, juga kematian karena penyakit tersebut mencapai 100 ribu orang per tahun. Rachmat juga mencatat, sebanyak 50 ribu bayi cacat lahir setiap tahun.