Kepala Bappenas show off ekonomi Indonesia di AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia memiliki kompetensi sebagai negara yang berkontribusi dalam perkembangan ekonomi dunia.

Hal itu diungkapnya saat menghadiri Breakfast Meeting “Sustainable Development Goals (SDGs) Investment Opportunities in Indonesia: Infrastructure and Social Sectors” yang diselenggarakan di New York, Amerika Serikat (AS).

Bambang memprediksi, Indonesia memiliki manfaat bonus demografi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi yang akan memuncak pada 2030. Sehingga Indonesia diprediksi akan meninggalkan middle income trap dan menjadi ekonomi tinggi pada 2034.


Pada 2045, 100 tahun setelah kemerdekaan, Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar keempat. “World Economic Forum pada 2017 memprediksi Indonesia adalah kontributor pertumbuhan ekonomi dunia terbesar kelima setelah China, Amerika Serikat, India, dan Euro Zone," tulis dia dalam keterangan tertulis, Rabu (17/4).

Dalam periode 2017-2019, ekonomi global akan berkembang sebesar US$ 6,5 triliun. "Di mana Indonesia berkontribusi sebesar 2,5% terhadap perkembangan tersebut,” ujar Menteri Bambang.

Pun Indonesia juga telah bergabung dalam the Trillion Dollar Club Countries, yakni sebutan bagi negara dengan Produk Domestik Bruto di atas US$ 1 triliun per tahun. Dalam lingkup tersebut, Indonesia bersanding dengan Korea Selatan, Rusia, Spanyol, Australia, dan Mexico.

Sehingga mengacu pada besarnya PDB, Indonesia menempati peringkat ke-16 dab menjadi anggota negara-negara G20. Begitu juga dalam kemudahan melakukan bisnis atau Ease of Doing Business (EoDB), Indonesia telah menunjukkan kenaikan yang sangat signifikan.

Fakta tersebut terlihat dari peringkat Indonesia yang melesat sebesar 34 basis poin, dari 106 ke 72 dalam kurun waktu dua tahun saja atau 2018-2018.

Beberapa perubahan paling signifikan adalah Indonesia telah memperbaiki iklim bisnis, mengurangi prosedur perizinan dan mengimplementasikan sistem layanan daring, serta mengurangi regulasi yang tumpang tindih dengan melaksanakan manajemen risiko yang terintegrasi.

Tak heran, jika sejumlah agensi pemeringkat kredit seperti Japan Credit Rating, Moody, S&P, Fitch, telah memberikan Indonesia peringkat stabil dalam hal investment grade. Peringkat tersebut telah melebihi target investasi di Indonesia

"Investasi di Q4 pada 2018 naik tujuh %, jika dibandingkan pada Q4 2017, meskipun total investasi dari Januari hingga Desember 2018 hanya naik sedikit, sebanyak 4,1 %,” jelas Menteri Bambang.

Rasio utang Indonesia pun masih lebih baik dari rata-rata negara lain dengan kapasitas yang sama, yakni senilai 37,7%. Indonesia juga telah berkomitmen untuk memperbaiki iklim bisnis sejak 2015.

Beberapa usaha yang telah dilakukan, di antaranya adalah implementasi One Stop Service yang mengintegrasikan layanan 21 kementerian/lembaga. Hal ini menciptakan waktu tunggu maksimal tiga jam untuk terbitnya perizinan bagi investasi minimal Rp 100 miliar.

Akselerasi kemudahan ini tertuang Peraturan Presiden No. 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha serta simplifikasi proses investasi dan impor, serta implementasi One Single Submission untuk perizinan investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto