JAKARTA. Korea Electric Power Corporation (KEPCO) dikabarkan berniat melego beberapa aset utama termasuk kepemilikan saham di PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Rencana divestasi ini merupakan bagian dari strategi KEPCO untuk mengikis tanggungan utang. Pada Rabu (19/2), Wall Street Journal memberitakan dengan mengutip sumber anonim, bahwa KEPCO telah menunjuk Barclays Plc menjual beberapa aset beberapa negara terutama Indonesia. Saat ini, perusahaan milik pemerintah Korea Selatan itu tercatat sebagai salah satu pemegang saham pengendali di BYAN. Per 30 September 2013, KEPCO tercatat memiliki 666,67 juta saham atau setara 20% dari total modal disetor dan ditempatkan BYAN. Jika mengacu pada harga BYAN per Kamis (20/2) yang tercatat Rp 8.674 per saham, nilai total kepemilikan KEPCO terbilang jumbo, yakni mencapai Rp 5,78 triliun. Namun, manajemen BYAN mengaku belum menerima laporan mengenai rencana divestasi saham yang dilakukan KEPCO. "Kami tentunya tidak ada hubungan dengan aksi yang dilakukan pemegang saham, tapi sejauh ini belum ada laporan apapun mengenai itu," kata Jenny Quantero, Direktur BYAN kepada KONTAN, Kamis (20/2). KEPCO mulai masuk ke jajaran pemegang saham BYAN pada tahun 2010 silam. Kala itu, KEPCO mengakuisisi 20% saham BYAN melalui dua tahap. Akuisisi tersebut disertai dengan perjanjian yang mewajibkan BYAN memasok (off-take agreement) batubara ke KEPCO.Kewajiban tersebut mulai dilakukan BYAN pada tahun 2012 dengan memasok 2 juta ton batubara ke KEPCO. Rencananya, BYAN akan meningkatkan jumlah pasokan menjadi 7 juta ton batubara pada tahun 2015 mendatang. Selain BYAN, KEPCO juga dikabarkan berniat menjual 1,2% saham ADRO yang saat ini bernilai sekitar US$ 31 juta. Ini adalah sisa saham ADRO yang dimiliki KEPCO sejak tahun 2009. Waktu itu, KEPCO mengakuisisi 1,5% saham ADRO senilai US$ 51 juta. Rencana KEPCO melepas saham BYAN, ADRO dan aset lainnya sejatinya sudah berhembus sejak akhir tahun lalu. Ini menjadi salah satu strategi untuk menyehatkan laporan keuangannya. Bagaimana tidak, rasio utang terhadap modal alias debt-to-equity ratio (DER) KEPCO di tahun lalu mencapai 133,2%. Dengan kondisi seperti itu, KEPCO harus puas menderita rugi senilai KRW 3,17 triliun di akhir 2013. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
KEPCO berniat jual 20% saham BYAN?
JAKARTA. Korea Electric Power Corporation (KEPCO) dikabarkan berniat melego beberapa aset utama termasuk kepemilikan saham di PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Rencana divestasi ini merupakan bagian dari strategi KEPCO untuk mengikis tanggungan utang. Pada Rabu (19/2), Wall Street Journal memberitakan dengan mengutip sumber anonim, bahwa KEPCO telah menunjuk Barclays Plc menjual beberapa aset beberapa negara terutama Indonesia. Saat ini, perusahaan milik pemerintah Korea Selatan itu tercatat sebagai salah satu pemegang saham pengendali di BYAN. Per 30 September 2013, KEPCO tercatat memiliki 666,67 juta saham atau setara 20% dari total modal disetor dan ditempatkan BYAN. Jika mengacu pada harga BYAN per Kamis (20/2) yang tercatat Rp 8.674 per saham, nilai total kepemilikan KEPCO terbilang jumbo, yakni mencapai Rp 5,78 triliun. Namun, manajemen BYAN mengaku belum menerima laporan mengenai rencana divestasi saham yang dilakukan KEPCO. "Kami tentunya tidak ada hubungan dengan aksi yang dilakukan pemegang saham, tapi sejauh ini belum ada laporan apapun mengenai itu," kata Jenny Quantero, Direktur BYAN kepada KONTAN, Kamis (20/2). KEPCO mulai masuk ke jajaran pemegang saham BYAN pada tahun 2010 silam. Kala itu, KEPCO mengakuisisi 20% saham BYAN melalui dua tahap. Akuisisi tersebut disertai dengan perjanjian yang mewajibkan BYAN memasok (off-take agreement) batubara ke KEPCO.Kewajiban tersebut mulai dilakukan BYAN pada tahun 2012 dengan memasok 2 juta ton batubara ke KEPCO. Rencananya, BYAN akan meningkatkan jumlah pasokan menjadi 7 juta ton batubara pada tahun 2015 mendatang. Selain BYAN, KEPCO juga dikabarkan berniat menjual 1,2% saham ADRO yang saat ini bernilai sekitar US$ 31 juta. Ini adalah sisa saham ADRO yang dimiliki KEPCO sejak tahun 2009. Waktu itu, KEPCO mengakuisisi 1,5% saham ADRO senilai US$ 51 juta. Rencana KEPCO melepas saham BYAN, ADRO dan aset lainnya sejatinya sudah berhembus sejak akhir tahun lalu. Ini menjadi salah satu strategi untuk menyehatkan laporan keuangannya. Bagaimana tidak, rasio utang terhadap modal alias debt-to-equity ratio (DER) KEPCO di tahun lalu mencapai 133,2%. Dengan kondisi seperti itu, KEPCO harus puas menderita rugi senilai KRW 3,17 triliun di akhir 2013. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News