Kepemilikan asing di SBN dinilai sudah ideal dengan porsi 25%-27%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) terus bergerak secara dinamis selama pandemi Covid-19 berlangsung. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, sebelum terjadi pandemi, yakni pada awal Maret 2020, kepemilikan asing di SBN tercatat sebesar Rp 1.039 triliun. 

Lalu, pada akhir tahun 2020, jumlah tersebut menyusut menjadi Rp 973,91 triliun. Memasuki tahun ini, kepemilikan asing di SBN cenderung dinamis mengikuti perkembangan pasar. Misalnya, selama periode akhir Januari hingga awal Februari kemarin ketika pasar relatif kondusif, kepemilikan asing di SBN sempat menyentuh Rp 997,31 triliun pada 5 Februari. 

Namun, ketika yield US Treasury terus menanjak, investor asing pun mulai keluar dari SBN dan kepemilikan asing di SBN sempat kembali ke sekitar Rp 950 triliun. Untungnya, ketika yield US Treasury mulai stabil kembali, investor asing perlahan kembali masuk sehingga membuat kepemilikan asing di SBN per 30 Juni mencapai Rp 977,31 triliun. 


Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menyebut, perubahan jumlah kepemilikan asing di SBN sepanjang semester I-2021 sebenarnya tidak terlepas dari kenaikan yield US Treasury saat itu. Banyak investor asing yang khawatir SBN akan underperformed di tengah rally US Treasury. Tapi ketika asumsi tersebut salah, pada akhirnya kepemilikan asing di SBN perlahan pun bertambah.

Baca Juga: Asing grogi selama pandemi, pasar SBN ditopang investor domestik

“Salah satu pertanda bagus di tengah dinamisnya kepemilikan asing di SBN adalah secara persentase justru relatif terjaga di bawah 25%. Karena jika persentase terlalu tinggi seperti level pre-pandemi yang di atas 30%, justru enggak bagus karena pergerakan yield SBN akan lebar dan volatile,” kata Dimas ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (6/7).

Selain itu, Dimas juga melihat investor domestik punya peranan penting dalam menjaga stabilitas SBN saat ini. Dengan likuiditas dalam negeri yang berlimpah, ketika investor asing keluar-masuk, setidaknya stabilitas SBN jauh lebih terjaga. 

Secara fundamental, dia melihat bahwa cukup banyak perbaikan yang diusahakan baik oleh pemerintah maupun otoritas moneter. Kembali tumbuhnya ekonomi Indonesia pasca pandemi pun dinilai masih cukup baik. Selain itu, nilai tukar rupiah yang relatif stabil juga menjadi kunci penting karena hal ini akan mempengaruhi minat investor asing karena berkaitan dengan potensi return yang didapat.

Baca Juga: Masih ada potensi rupiah menguat di hari Selasa (6/7)

Hanya saja, dia melihat saat ini investor asing memang cenderung berhati-hati dalam menempatkan dana mereka. Pasalnya, tidak hanya Indonesia yang berpotensi mengalami pemulihan ekonomi di emerging markets, sehingga investor pun jauh lebih selektif dan banyak pertimbangan.

“Secara prospek, khususnya jangka panjang, investor asing akan terus menambah porsi kepemilikan. Bagaimanapun, jika dibandingkan dengan peers yang fundamental perekonomian selevel, yield kita baik secara nominal ataupun real yield itu yang paling tinggi. Jadi it’s just matter of time,” imbuh Dimas.

Walau begitu, Dimas berharap porsi investor asing sebaiknya berkisar di 25%-27% saja agar bisa membuat pergerakan yield SBN ke depan jauh lebih stabil dan bisa terus turun. Kalaupun ternyata porsinya jauh lebih besar, ia berharap investor asing yang masuk berkarakter long term, karena kelompok ini tidak akan melakukan jual-beli ketika terjadi volatilitas di pasar global. 

Baca Juga: Jumlah penawaran pada lelang SUN besok diperkirakan menyentuh Rp 60 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati