JAKARTA. Sejak awal tahun 2016, industri perbankan dalam negeri terus mengakumulasi surat berharga negara (SBN). Situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, hingga 19 Oktober lalu, kepemilikan bank di SBN domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 420,48 triliun. Angka ini naik Rp 70,41 triliun atau 20,11% dari posisi di akhir 2015 yang sebesar Rp 350,07 triliun. Dus, porsi bank di SBN pun membengkak dari 23,95% jadi 24,22%. Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Anil Kumar menjelaskan, ada dua faktor yang memicu perbankan terus berburu obligasi negara sejak awal tahun.
Kepemilikan bank di obligasi pemerintah menggemuk
JAKARTA. Sejak awal tahun 2016, industri perbankan dalam negeri terus mengakumulasi surat berharga negara (SBN). Situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, hingga 19 Oktober lalu, kepemilikan bank di SBN domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 420,48 triliun. Angka ini naik Rp 70,41 triliun atau 20,11% dari posisi di akhir 2015 yang sebesar Rp 350,07 triliun. Dus, porsi bank di SBN pun membengkak dari 23,95% jadi 24,22%. Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Anil Kumar menjelaskan, ada dua faktor yang memicu perbankan terus berburu obligasi negara sejak awal tahun.