Kepemilikan China atas surat utang pemerintah AS meningkat Februari lalu



KONTAN.CO.ID - NEW YORK, AS.  Kepemilikan China terhasap surat utang pemerintah (Treasuries) AS naik pada Februari, data dari Departemen Keuangan AS menunjukkan hal itu pada hari Senin 16 April 2018.

Data tersebut memperlihatkan kepemilikan China naik menjadi US$ 1,177 triliun dari US$ 1,168 triliun pada bulan Januari 2018. China tetap merupakan pemegang surat utang negara terbesar di luar AS.

"Ini semacam giveback sehubungan dengan China," kata Gennadiy Goldberg, ahli strategi suku bunga di TD Securities di New York. "China memang membeli US$ 8,5 miliar dalam bentuk Treasuries pada Februari, tetapi mereka benar-benar menjual US$ 16,7 miliar pada bulan sebelumnya."


Keseluruhan kepemilikan asing obligasi pemerintah AS dan surat utang naik menjadi US$ 6,21 triliun pada Februari dari US$ 6,260 triliun pada bulan sebelumnya. Peningkatan terjadi setelah tiga bulan berturut-turut menurun.

Namun, data Februari tersebut belum mencerminkan ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat dan China. Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya untuk memberlakukan tarif besar pada baja dan aluminium impor untuk melindungi produsen AS pada 1 Maret.

"Itu lebih seperti cerita yang lambat terbakar," kata Goldberg. "Terlalu awal untuk membicarakan dampak tarif terhadap kepemilikan surat utang oleh China."

Dia menambahkan bahwa China memegang Treasuries untuk alasan kebijakan moneter dan untuk mengatur mata uangnya. "Menjual Treasury AS akan menjadi pilihan terakhir bagi China," kata Goldberg.

Kepemilikan Treasury AS oleh Jepang, sementara itu, menurun pada Februari menjadi US$ 1,059 triliun, tingkat terendah sejak Desember 2001. Data yang sama menunjukkan Jepang masih merupakan pemegang obligasi kedua terbesar.

Editor: Hasbi Maulana