Kepercayaan investor membuat saham sektor perbankan terdongkrak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepercayaan investor terhadap ekonomi dalam negeri membuat saham sektor perbankan terdongkrak. Tak heran bila perbankan menjadi salah satu sektor yang tumbuh signifikan memasuki semester II-2019.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 14 Juni 2019 menunjukkan bahwa secara sektor, sektor keuangan menjadi sektor tersubur nomer dua dengan tumbuh secara year to date (ytd) sebesar 7,86%. Pertumbuhan tersebut didukung dengan melesatnya saham bank besar seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Data BEI lainnya menunjukkan, tiga saham perbankan tersebut masuk dalam 10 saham pengerek IHSG secara ytd. Tercatat saham BBCA sudah naik 11,5% ytd ke level Rp 29.000 per saham. Bahkan BBCA sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa dia sebesar Rp 30.950 pada perdagangan pekan ini.


Saham BBRI tumbuh yakin 15,6% ke level Rp 4.230. Saham bank plat merah ini juga sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di tahun ini pada level Rp 4.730. BMRI pun tidak kalah subur dengan tumbuh 6,1% ytd ke level Rp 7.825 per saham.

Jika melihat dari sisi valuasi atau rasio price to earnings (PE), saat ini IHSG memiliki rata-rata PE sebesar 16,4 kali. BMRI dan BBRI tercatat masih di bawah rata-rata valuasi IHSG dengan PE masing-masing sebesar 12,62 kali dan 15,96 kali. PE BBCA termasuk tinggi di atas IHSG yakni sebesar 29,50 kali.

Melihat pergerakan saham yang signifikan ini, Analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menilai, beberapa faktor membuat sektor perbankan melaju, yakni dari kinerja pertumbuhan kredit dan kualitas kredit yang baik.

Benar saja, mengutip Analisis Uang Beredar Bank Indonesia (BI) menunjukkan kredit perbankan pada bulan April 2019 tercatat mencapai Rp 5.339,2 triliun atau tumbuh sebesar 11% secara year on year (yoy). Angka tersebut tercatat masih sejalan dengan target Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2019 uang sebesar 12% sampai 14%.

OJK pun mencatat, rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan per April 2019 sebesar 2,56% dan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) sebesar 2,76%.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, faktor lain yang ikut mendorong adalah penetapan lembaga rating S&P dalam menaikkan rating outlook ekonomi Indonesia dari BBB- menjadi BBB, yakni di atas level layak investasi. Menurutnya, di kondisi tersebut sektor keuangan menjadi sektor yang paling cepat merespon karena secara umum sektor keuangan menjadi penopang perekonomian.

"Adanya ekspektasi penurunan suku bunga acuan global karena risiko resesi ekonomi membuat sektor perbankan akan menjadi semakin berpotensi. Selain itu. sektor perbankan diisi oleh saham-saham kapitalisasi besar yang lebih diincar asing," ujar Hans.

Apabila suku bunga turun menurut Hans, ekonomi akan lebih tumbuh, kredit perbankan akan lebih baik yang diikuti dengan kualitas kredit yang semakin membaik. Pihaknya sendiri masih merekomendasikan BBRI dan BBNI karena dari sisi valuasi masih cukup terjangkau.

"Berakhirnya era rezim suku bunga tinggi global.Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cenderung stabil.Fundamental makroekonomi domestik masih cenderung stabil." ujar Nafan.

Nafan sendiri merekomendasikan saham BMRI untuk dikoleksi di rentang 7.300-7.400 dengan target harga jangka pendek sebesar Rp 7.725.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .