Keperkasaan rupiah hanya bertahan sepekan?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banjir berita positif kemungkinan hanya bisa menahan rupiah di bawah level psikologis selama sepekan. Hal ini tercermin dari grafik teknikal yang cenderung mengindikasikan penguatan rupiah akan terhenti sementara. 

Hari ini, Jakarta interbank spot dollar rate (Jisdor) menguat 0,82% ke Rp 13.970 per dollar Amerika Serikat (AS). Sejalan, rupiah spot menguat 0,63% ke Rp 13.920 per dollar AS pada perdagangan Senin (15/7).

Ini adalah level terkuat rupiah sejak Februari lalu. Analis HFX Internasional Berjangka, Ady Phangestu menilai, jika dilihat dari sisi teknikal, pelemahan rupiah bisa terjadi dalam waktu dekat. 


"Pelemahan rupiah bisa terjadi, hanya mungkin butuh waktu sekitar sepekan menuju level Rp 14.000 per dollar AS, Rp 14.100 per dollar AS, dengan tahanan lanjutan ke level Rp 14.200 per dollar AS," kata Ady kepada Kontan.co.id, Senin (15/7).

Menurut Ady, berbagai sentimen fundamental masih akan menggerakkan kurs rupiah terhadap dollar AS. Seperti pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve Jerome Powell dini hari nanti. Powell akan memberikan pernyataan mengenai pandangannya terhadap kondisi perbankan di Negeri Paman Sam tersebut.

Ditambah lagi, kondisi perekonomian global masih dalam roda perlambatan. Sehingga, untuk prospek nilai tukar, Ady mengungkapkan bahwa kebanyakan pelaku pasar masih berpegang pada empat jenis mata uang, yakni dollar Kanada, yen Jepang, Swiss franc dan rupiah yang dianggap cukup stabil.

"Rupiah cukup kuat untuk berada di posisi Rp 13.800 per dollar AS hingga Rp 14.000 per dollar AS. Saya pikir akan berlaku dalam pekan ini, dengan kemungkinan pelebaran sekitar 100-200 point," ungkap Ady. 

Untuk jangka pendek, keempat mata uang tersebut masih layak untuk dikoleksi oleh pelaku pasar. Sedangkan untuk jangka panjang, Ady menyarankan investor untuk menunggu kebijakan The Fed di akhir Juli nanti.

Sedangkan dari fundamental domestik, Ady menilai belum ada event ataupun sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah secara signifikan. Untuk saat ini, pelaku pasar juga masih memegang aset yang kurang berisiko, seperti pada komoditas hingga surang utang negara. Sedangkan minat untuk melirik currency di pekan ini kecenderungan akan berkurang.

Ady menilai, Bank Indonesia belum akan memangkas suku bunga acuan dalam waktu dekat, diikuti output dan input ekonomi dalam kondisi sehat. "Hanya saja, yang sedikit mengganggu mungkin tingkat pengangguran. Sedangkan secara triwulanan, ekonomi Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan PDB sebanyak 5,07% dan ini angka yang tinggi," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati