Kepulan asap SKT makin menipis



JAKARTA. Langkah PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mempensiunkan dini sekitar 2.088 karyawan pekerja borongan sigaret kretek tangan (SKT) dan operasional jadi lampu kuning industri rokok nasional. Artinya, nasib SKT berada di ujung tunduk. 

Salah satu perusahaan rokok terbesar di negeri ini mengakui, kontribusi bisnis SKT terus anjlok. Di semester I-2014 saja, kontribusi pendapatan SKT cuma 7,3% yang setara Rp 2,39 triliun dari total pendapatan GGRM yang mencapai Rp 32,66 triliun. 

Sedangkan di periode yang sama tahun lalu, kontribusi bisnis SKT masih 11,26% yang setara Rp 3 triliun. 


Menurut Iwhan Tricahyono, Wakabid Humas Gudang Garam seperti dilansir Surya, progam pensiun dini tersebut mendapat respon positif dari karyawan lantaran GGRM menawarkan kompensasi pemberian 10 kali gaji.

Faiz Ahmad, Direktur Minuman dan Tembakau Kementerian Perindustrian (Kemperin) mengakui bila saat ini rokok kretek sudah jarang yang minat. Perokok banyak mengepulkan asap dari sigaret kretek mesin (SKM) ketimbang SKT. "Konsumen lebih suka SKM, karena mild, lebih ringan, dan kelihatan lebih bergengsi dibandingkan SKT," ujar Faiz.

Sedangkan bagi Hasan Aoni, Sekretaris Jenderal Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI), kejadian di Gudang Garam menjadi pertanda nyala api industri rokok SKT makin mengecil.

Saban tahun, pangsa pasar SKT di industri rokok nasional anjlok sekitar 3%. Artinya, selama lima tahun terakhir, pangsa pasar SKT sudah tergerus 15%.  "Sisi lainnya, pangsa pasar SKM naik 3% per tahun dan sigaret putih mesin (SPM) stabil di kisaran 5,9%," timpal dia.

Selain tren, jebloknya industri SKT juga adanya aturan pemerintah yang mengatur kadar standar tar. Asal tahu saja, SKT punya tar lebih tinggi ketimbang mild atau SKM. Ia berharap ada campur tangan pemerintah untuk membantu industri rokok SKT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon