KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada pekan ketiga Maret 2025, pelaku pasar akan menanti keputusan suku bunga dari Bank Indonesia yang dijadwalkan pada 19 Maret 2025 dan dari Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) pada 20 Maret mendatang.
VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menilai keputusan bank sentral tersebut bakal memengaruhi pergerakan arah pasar.
Audi menerangkan konsensus pasar menunjukkan keyakinan kuat bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya karena data ekonomi AS masih cukup solid. Dengan kondisi tersebut, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mengikuti langkah serupa.
Namun, Audi menyampaikan tekanan dari pasar terhadap The Fed untuk mulai memangkas suku bunga semakin menguat. Berdasarkan data CME FedWatch, suku bunga acuan AS (FFR) diperkirakan akan turun ke kisaran 3,5%-3,7% hingga akhir 2025. Ini didorong oleh melemahnya data ketenagakerjaan AS serta tren perlambatan inflasi.
Baca Juga: Ada Keputusan Suku Bunga BI dan The Fed, Cermati Peluang IHSG pada Pekan Depan Sementara, dari dalam negeri, saat ini masih terdapat ruang bagi BI untuk melakukan pelonggaran suku bunga. Namun, volatilitas nilai tukar rupiah yang masih tinggi serta ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif AS menjadi pertimbangan bagi BI untuk tetap mempertahankan suku bunga demi menjaga stabilitas makroekonomi.
"Kami meyakini pasar akan cenderung merespons
moderate terkait keputusan
hold ini dan belum mampu menunjang
inflow asing ke IHSG, sehingga pasar akan bergerak cenderung
mixed," kata Audi kepada Kontan, Minggu (16/3).
Audi berpandangan level IHSG saat ini masih bergerak dinamis setelah menembus level
support jangka panjang di kisaran 6.500-6.600 yang telah bertahan sejak 2022. Jika indeks mampu bertahan di atas level tersebut dan bergerak dalam pola konsolidasi, peluang penguatan tetap terbuka.
Korelasi pemangkasan suku bunga dan pergerakan pasar Di samping itu, Audi menegaskan bahwa terdapat korelasi negatif antara tingkat suku bunga dan pergerakan IHSG. Dengan kata lain, pemangkasan suku bunga berpotensi mendorong kenaikan indeks.
Terdapat beberapa faktor utama yang mendukung analisa tersebut.
Pertama, penurunan
cost of fund (CoF). Pemangkasan suku bunga akan membuat biaya pinjaman lebih rendah, sehingga mendorong ekspansi bisnis.
Baca Juga: Cek Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Senin (17/3) Kedua, pergeseran aset investasi. Jika The Fed menurunkan suku bunga acuan (FFR), investor cenderung mencari aset dengan potensi imbal hasil lebih tinggi dan mengalihkan dana dari aset berisiko rendah yang menawarkan bunga lebih kecil.
Ketiga, penguatan rupiah. Normalisasi indeks dolar AS dapat mendorong nilai tukar rupiah yang lebih stabil, sehingga meningkatkan daya saing industri dan manufaktur dalam negeri.
Berdasarkan data historis, saat BI menurunkan suku bunga dari 6,5% ke 4,75% pada periode 2016-2017, IHSG mengalami kenaikan sebesar 15,32% pada 2016 dan 19,9% pada 2017.
Rekomendasi saham Melihat sederet sentimen tersebut, Audi menyarankan agar investor dapat memanfaatkan momentum tematik khususnya menjelang Lebaran dengan fokus pada sektor konsumsi dan ritel yang cenderung mengalami peningkatan permintaan dalam jangka pendek.
Baca Juga: IHSG Merosot 1,81% dalam Sepekan, Cermati Saham-Saham yang Banyak Dilego Asing Selain itu, beberapa saham
blue chip yang sudah mengalami koreksi signifikan dengan valuasi menarik juga berpotensi menguat, terutama menjelang musim pembagian dividen.
Audi merekomendasikan untuk
buy saham PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA), PT Astra International Tbk (
ASII), PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS) di target harga masing-masing Rp 10.400, Rp 5.300, Rp 5.800, Rp 14.900 dan Rp 3.190 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih