KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum adanya kejelasan terhadap rencana penghentian
quantitative easing di kawasan Eropa membuat euro cenderung melemah di hadapan mata uang utama lainnya. Kemarin, EUR/GBP anjlok 0,15% menjadi 0,8701. Pairing EUR/JPY turun 0,14% ke posisi 135,33. Pasangan kurs EUR/USD memang masih menguat. Tapi kenaikannya tipis, yakni cuma 0,05% menjadi 1,241. Para analis menilai pelaku pasar merespons negatif pertemuan petinggi European Central Bank (ECB), kemarin. Sebab, tidak ada sinyal bank sentral Eropa ini mengetatkan moneter. Padahal, pertumbuhan ekonomi Eropa cenderung positif.
EUR juga mendapat sentimen negatif pernyataan Gubernur ECB Mario Draghi. Bos di bank sentral Eropa ini menyebut pihaknya berniat mengatasi keperkasaan euro. Alasannya, sejak awal 2018, euro sudah melesat 2% terhadap dollar Amerika Serikat. EUR/USD sempat mencapai rekor tertinggi tiga tahun terakhir. Draghi berpendapat hal tersebut tidak baik bagi perdagangan di wilayah Benua Biru tersebut. Para analis melihat ECB tidak nyaman melakukan pengetatan moneter saat kurs euro tinggi. Padahal, ekonomi Eropa tengah positif. Produk domestik bruto (PDB) Eropa di kuartal IV mencapai 2,2%. Angka ini jadi yang terbaik dalam satu dekade terakhir. Memang, masih ada indikator ekonomi yang kurang oke. Misal, indeks flash manufacturing PMI Januari ada di level 59,6. Posisi ini lebih rendah dari konsensus analis, yakni 60,4. Selain itu, tingkat pengangguran Spanyol di kuartal III-2017 mengalami kenaikan. Jika di kuartal II-2017 hanya 16,4% kini naik jadi 16,6%. Yang jelas, sentimen ECB membuat euro melemah terhadap poundsterling. Apalagi, indikator ekonomi Inggris positif. Indeks pendapatan upah pekerja Inggris tetap di level 2,5%. Tingkat pengangguran November 2017 di Negeri Ratu Elisabeth ini juga masih bertahan di 4,3%. Mengutip data Biro Statistik Nasional Inggris yang terbit kemarin, penyerapan pekerja Inggris mencapai 102.000. Ini rekor tertinggi, menepis perkiraan pasar di Inggris lesu. Gaji pekerja di Inggris juga naik. "Kenaikan gaji membuat agenda kenaikan suku bunga Bank of England semakin jelas," kata Anthonius Edyson, Analis Astronacci International. Melihat sentimen tersebut, Anthonius memprediksi pairing EUR/GBP hari ini masih akan melemah.
Sementara yen menguat terhadap euro lantaran kondisi politik di AS masih goyang. Ini membuat pasar melarikan investasinya ke aset lindung nilai. termasuk yen. Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, hasil pertemuan ECB akan mempengaruhi pergerakan EUR/JPY ke depan. Lantaran belum ada perubahan kebijakan moneter dari ECB, kurs euro masih bisa melemah terhadap yen. Di lain pihak, Puja Purbaya Sakti, Analis Rifan Financindo Berjangka, menyatakan, komentar Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengenai pelemahan the greenback yang menguntungkan AS, membuat dollar AS terjun bebas. Hal ini mempertegas rencana Presiden Donald Trump menjalankan kebijakan proteksionisme. Terbaru, AS mengumumkan penetapan bea masuk yang cukup tinggi untuk impor mesin cuci dan panel surya. International Trade Commission (ITC) mengungkapkan, kedua produk tersebut menyebabkan kerugian pada produsen lokal. Tapi, langkah ini jadi sentimen negatif bagi dollar AS. Karena itu, Puja memperkirakan, dollar AS hari ini masih bearish terhadap euro. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati