Keputusan OPEC bikin asumsi makro 2017 tak relevan



JAKARTA. Meski tahun 2017 belum tiba, namun sejumlah target pemerintah yang ada dalam APBN 2017 nampaknya sudah terlihat tidak relevan. Salah satunya adalah di sisi asumsi ekonomi makro, yaitu harga minyak dalam negeri (ICP). Sementara hal lainnya adalah di postur anggaran.

Pemerintah memperkirakan jumlah penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tahun 2017 bisa lebih tinggi dari target. Penyebabnya adalah harga minyak dunia yang akan meningkat, seiring dipangkasnya target produksi minyak di negara-negara OPEC.

Menurut Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani, kenaikan harga minyak dunia akan mendorong kenaikan harga minyak di dalam negeri. "Maka PNBP kita akan naik dan membantu APBN," katanya, Selasa (6/12).


Namun demikian Ia belum bisa memastikan akan terjadinya perubahan asumsi harga minyak dalam negeri, atau Indonesia Crude Price (ICP). Dalam APBN 2017, asumsi ICP ditetapkan sebesar US$ 45 per barrel.

Menurutnya, pemerintah tidak mungkin merevisi target APBN 2017, termasuk asumsi makro saat ini. Mengingat tahun 2017 belum benar-benar terjadi.

Yang jelas, secara netto dampak pemangkasan produksi minyak negara-negara OPEC terhadap APBN akan postif. Selain mendorong PNBP hal itu juga akan memperkuat cadangan devisa.

Dampak negatifnya mungkin akan dirasakan di pos subsidi energi. Namun, hal itu tidak perlu dihawatirkan mengingat anggaran subsidi energi saat ini sudah jauh lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya.

Askolani juga menilai keputusan pemerintah untuk keluar dari OPEC sudah tepat. Sebab, jika tetap menjadi anggota maka Indonesia juga harus memangkas jumlah produksinya.

Di APBN 2017 pemerintah menetapkan target lifting minyak sebesar 815.000 barel per hari. "Kalau produksinya turun, maka penerimaan juga akan turun padahal harga minyak sedang naik," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto