Keputusan The Fed dorong penurunan bunga



WASHINGTON. Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang memutuskan menahan suku bunga berdampak pada regulasi bank sentral negara lain. Keputusan The Fed itu membuat sejumlah bank sentral di Asia Pasifik berkesempatan memotong suku bunga lagi.

Bank Indonesia (BI) misalnya sudah memutuskan memangkas suku bunganya, kemarin. Begitu juga Bank Sentral Australia dan Bank Sentral Selandia Baru yang membuka lagi peluang pemangkasan suku bunga.

Perlambatan ekonomi membuat bank sentral di beberapa negara Asia Pasifik merasa perlu menjaga suku bunga di level rendah. Malah, kebijakan suku bunga negatif ditempuh Bank of Japan dan juga meningkatkan pembelian aset lebih besar.


Langkah ini dilakukan untuk melawan deflasi. "Ini mendukung kebijakan suku bunga rendah di pasar negara berkembang dan menghindari masalah dalam pengambilan kebijakan," ujar Analis Citi dalam sebuah laporan seperti dikutip Reuters.

Keputusan pemangkasan suku bunga di beberapa negara Asia Pasifik sangat mungkin. Sebab tingkat pertumbuhan ekonomi yang melambat dan inflasi di bawah target.

Pertumbuhan ekonomi

Apalagi negara-negara di Asia memiliki ketergantungan akan ekspor cukup besar. Sebab permintaan dari Eropa dan China diprediksi akan melambat. Yang paling mungkin peningkatan pembelian dari Amerika Serikat.

Singapura yang memiliki kecenderungan impor lebih besar memilih untuk mempertahankan kebijakan moneter. Langkah tersebut dianggap membantu agar nilai mata uang mereka tetap kompetitif dibanding mata uang lain.

Sementara, Selandia Baru memang memutuskan mempertahankan suku bunga pada pertemuan Kamis (22/9). Sebelumnya Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) telah menurunkan suku bunga acuan ke level terendah menjadi 2%. Namun, RBNZ masih membuka ruang penurunan suku bunga lagi.

Tingginya nilai tukar dollar Selandia Baru dan inflasi yang hanya di 0,4% menjadi alasan RBNZ perlu melonggarkan kebijakan moneter. Selandia Baru menargetkan level inflasi di area 1%-3%.

"Proyeksi dan asumsi kami saat ini menunjukkan pelonggaran kebijakan lebih lanjut diperlukan untuk memastikan bahwa inflasi bisa sampai pada sasaran," ujar Gubernur RBNZ Graeme Wheeler. Dia mengatakan perlunya menurunkan nilai tukar agar tetap bersaing.

Ekonom Senior RBC Capital Market di Sidney Su Lin Ong mengatakan, data pasar tenaga kerja dan ekonomi Selandia Baru memang solid. Tapi upah dan inflasi masih jauh dari target. "Mereka khawatir target inflasi meleset," ujar dia seperti dikutip Reuters.

Bank Sentral Australia juga memberi sinyal akan memangkas suku bunga. Gubernur Bank Sentral Australia yang baru Philip Lowe berharap suku bunga rendah bisa membantu perekonomian Negeri Kanguru ini. "Kami berharap ekonomi akan membaik dengan kebijakan suku bunga rendah dan depresiasi nilai tukar yang sudah dilakukan sejak awal 2013," ujar Lowe.

Hal ini membesarkan harapan investasi di sektor non tambang dan pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik. Australia menargetkan bisa mencapai inflasi 2%-3%. "Kami belum sampai pada tingkat gila inflasi," kata Lowe.

Adapun, Filipna memilih mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan Kamis (22/9). Suku bunga Filipina diperkirakan naik pada tahun depan.      

Editor: Sanny Cicilia