KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sulur bisnis Grup Salim kian mekar Dalam satu-dua tahun terakhir, Grup Salim terus melakukan ekspansi bisnis di berbagai sektor Setidaknya Grup Salim membeli dan mengakumulasi saham di tujuh hingga sembilan perusahaan yang bergerak dari berbagai sektor usaha.
Dalam hitungan KONTAN, nilai total valuasi kepemilikan salim di portofolio perusahaan tersebut mencapai Rp 45,22 triliun. Bisnis batubara adalah daftar belanjaan teranyar Grup Salim yang paling besar.
Baca Juga: Investor Terus Menyerbu, OJK Akan Awasi Grup Konglomerasi Keuangan Lewat Holding Mereka ikut ambil bagian dalam private placement PT Bumi Resources Tbk (BUMI) senilai Rp 24 triliun, melalui perusahaan cangkang asal Hong Kong. Kelak, transaksi tersebut akan menjadikan Grup Salim sebagai ultimate shareholder di BUMI, bersama Grup Bakrie. Berdasarkan dokumen keterbukaan informasi, Grup Salim akan masuk lewat dua perusahaan cangkang, yakni Mach Energy Limited (MEL) dan Treasure Global Investment (TGIL). Mach Energy Limited akan mengambil 85% dari saham yang dirilis BUMI lewat private placement. Sisanya 15% akan diambil Treasure Global Investment. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji menduga, ekspansi grup salim ke sektor batubara didorong motivasi diversifikasi untuk menambah portofolio bisnis.
Baca Juga: Saham Allo Bank (BBHI) Melorot, Nilai Saham Mega Corpora Menguap Rp 50 Triliun Selain itu, faktor tren kenaikan harga komoditas batubara yang didorong supply chain disruption turut menjadi pertimbangan Grup Salim untuk mencuil peluang bisnis batubara. "Sektor batubara kan sedang mengalami kenaikan harga, ditunjang oleh faktor yang namanya supply chain disruption," ungkap Nafan seperti dikutip Harian KONTAN, (13/10). Sebelumnya, Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat menilai, masuknya Grup Salim menjadi pemegang saham BUMI didorong ambisi mereka menggarap bisnis batubara, menyusul grup konglomerasi besar lainnya yang telah memiliki tambang batubara. Meskipun bersifat siklikal dalam artian suatu saat akan mengalami penurunan, Teguh menilai sektor ini masih memiliki prospek bagus dalam jangka pendek. Di sisi lain, opsi alternatif, yakni akuisisi tambang batubara, menurut Teguh, bisa lebih mahal di tengah harga komoditas energi tersebut yang tengah melambung.
Baca Juga: OJK Perketat Pengawasan Grup Konglomerasi Keuangan Kewajiban Lewat Holding Walhasil, Grup Salim bakal harus merogoh kocek lebih mahal jika memilih opsi tersebut. "Tambang batubara tidak ada yang dijual murah, di sisi lain, sekarang ada BUMI yang posisinya membutuhkan uang untuk restrukturisasi utang," terang Teguh, Minggu (9/10). Grup Salim memang getol menambah portofolio bisnisnya. Salim lewat PT Margautama Nusantara (MUN) mengambil 40% saham tol layang Mohamed Bin Zayed (MBZ) yang dimiliki PT Jasa Marga Tbk (JSMR) lewat anak usahanya. Senin (10/10) lalu, kedua perusahaan itu menyepakati akta jual beli saham atau Sales Purchase Agreement (SPA) senilai Rp 4,38 triliun. Di sektor properti, Grup Salim juga mengakumulasi saham emiten properti PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland. Grup Salim menjadi salah satu pemegang saham MTLA melalui anak usaha di bidang pengelola dana pensiun: PT Indolife Pensiontama.
Baca Juga: Jual Saham Baru, Moody's Kerek Peringkat Utang Bumi Resources (BUMI) Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 28 Juli 2022 menyebutkan, Indolife Pensiontama memiliki 388.565.000 saham MTLA atau setara 5,08%. Sebenarnya, per 31 Desember 2022, Indolife sudah menjadi investor terbesar ketiga di MTLA dengan kepemilikan 317.065.000 saham atau setara 4,14%. Indolife Pensiontama pun belum lama ini kembali membeli 71,5 juta saham MTLA melalui perantara Nikko Sekuritas Indonesia. Selain berinvestasi di MTLA, grup salim diketahui terlibat proyek properti yakni Pantai Indah Kapuk 2, Jakarta, dengan Agung Sedayu Group. Proyek yang digadang menjadi The New Jakarta City ini dibangun di atas lahan seluas 2.650 hektare (ha). Selain bisnis energi dan properti, jejak bisnis grup salim juga dapat ditelusuri pada sektor bisnis lain seperti misalnya di bisnis ritel (Fast Food Indonesia, Nippon Indosari), perusahaan e-commerce, digital hingga bisnis pangkalan data.
Baca Juga: Private Placement Rp 24 Triliun, Langkah Bumi Resources (BUMI) Merampungkan Utang Di PT DCI Indonesia Tbk (DCII), misalnya, Anthoni Salim mendekap langsung 265,03 juta saham, setara 11,12% saham pengelola data center itu. Dengan posisi harga kemarin Rp 37.225 per saham, kepemilikan Anthoni salim di DCII Rp 9,87 triliun. Anthoni Salim masuk DCII pada 31 Mei 2021. Kala itu, dia menghabiskan dana hingga Rp 1 triliun untuk memborong saham sebanyak 192,74 juta saham DCII. Anthoni terus memupuk kepemilikan sahamnya hingga sebesar 11,12% saham DCII. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Syamsul Azhar