Keran ekspor bauksit akhirnya dibuka lagi



JAKARTA. Kabar gembira bagi produsen komoditas bauksit. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan membuka keran ekspor bauksit dalam waktu dekat. Namun, hanya perusahaan yang sudah membangun smelter alumina dengan pencapaian progres proyek minimum 30% yang boleh mengekspor.

Rencananya izin ekspor bauksit dan beberapa syaratnya masuk dalam revisi Permen ESDM No 1/2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian di dalam Negeri. Saat ini revisi aturan itu tengah digodok Kementerian ESDM.

Tim Pengembangan dan Percepatan Pembangunan Smelter Nasional, Kementerian ESDM Said Didu menyatakan, sejak ekspor bauksit dihentikan 12 Januari 2014, banyak perusahaan bangkrut. Nah, ekspor bauksit kali ini dibuka khusus bagi perusahaan yang tengah membangun smelter.


Rencana membuka keran ekspor bauksit agar perusahaan yang tengah membangun smelter bisa mendapatkan dana segar. Sebab, sejak mereka dipaksa membangun smelter, praktis tidak punya dana segar.

Maka dari itu, perlu ada kebijakan mereka bisa kembali ekspor. Namun demikian pemerintah menginginkan agar bukan perusahaan abal-abal yang hanya bermodal proposal yang mendapat izin ekspor. Karena itu ada syarat misalnya telah memiliki 30% dana dari perusahaan sendiri untuk pembangunan smelter.

Syarat lain, misalnya, mereka membutuhkan dana Rp 100 miliar untuk membangun smelter. Karena itu pemerintah akan memberikan volume ekspor senilai itu.

Kemudian, mereka yang dibolehkan ekspor nantinya akan dikenakan bea keluar tinggi. "Sama seperti Freeport dan Newmont yang dikenakan bea keluar," ungkap Said, Senin (23/3).

Erry Sofyan, Direktur PT Harita Prima Abadi Mineral menyatakan, sejak tidak boleh berjualan lagi 1 Januari 2014, pihaknya sudah merumahkan sekitar karyawan 4.500 orang. "Dengan dibolehkan lagi maka kami akan kembali memanggil mereka lagi," kata dia. Saat ini yang masih dipekerjakan hanya sekitar 300 orang karyawan.

Erry setuju dengan syarat yang diminta pemerintah yakni melaporkan pembangunan smelter. Harita juga sudah siap kembali ekspor.

Saat ini stockpile yang ada di tiga pelabuhan penampungan milik Harita sebanyak 1,5 juta ton atau US$ 52 juta. "Kami belum tahu berapa akan ekspor kembali, nanti kami lihat dulu kebutuhan dana," ujar dia. Asal tahu saja, biasanya Harita mengekspor bauksit 12 juta ton per tahun.

Zulnahar Usman, Direktur Utama PT Bintan Alumina Indonesia menambahkan, pihaknya juga menyambut positif rencana pemerintah yang akan membuka kembali ekspor bauksit. Tapi, "Tidak semua perusahaan tambang bauksit yang dibolehkan ekspor, harus memenuhi kriteria khusus," kata dia.

Sebaliknya, Pengamat Pertambangan Marwan Batubara justru mengecam rencana pemerintah untuk memberi izin ekspor bauksit guna membantu pengusaha merealisasikan pembangunan smelter. "Apapun alasannya, pemurnian di dalam negeri adalah kewajiban, yang harus dilaksanakan, rencana itu harus ditolak," kata dia.

Pemerintahan era Joko Widodo seharusnya tidak melanjutkan kesalahan era pemerintahan lalu yang membolehkan ekspor tembaga, bijih besi, pasir besi, seng, timbal, dan mangan.                              

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie