Keran Ekspor CPO Dibuka, Petani: Harga TBS Sudah Mulai Naik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah dibukanya keran ekspor crude palm oil (CPO) beserta turunannya oleh pemerintah, Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Perjuangan (Apkasindo Perjuangan) Alvian Arahman mengakui harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani mengalami peningkatan. Namun kenaikan harga TBS ini belum di atas dari harga TBS sebelum ada pelarangan ekspor. 

Harga TBS sebelum ada pelarangan ekspor sebesar Rp 3.600 hingga Rp 3.800 per kilogram. Setelah ada pelarangan ekspor harga TBS turun 50% hingga menjadi Rp 1.600 per  kilogram. 

Lantas, ketika keran ekspor dibuka lagi, saat ini sudah ada kenaikan harga TBS sebesar Rp 400 hingga Rp 600 sehingga saat ini harga rata-rata TBS di provinsi menyentuh angka Rp 2.300 hingga Rp 2.400 per kilogram. 

Baca Juga: Keran Ekspor Dibuka, Pengusaha Jamin Tak Ada Masalah Pasokan Bahan Baku Minyak Goreng

Saat ini perkebunan sawit di Indonesia mencapai 16 juta hektare di mana sekitar 40% adalah perkebunan rakyat, jika dikalkulasikan sekitar 6,8 juta hektar dimiliki langsung oleh petani.   Sedangkan jumlah pabrik kelapa sawit yang ada di Indonesia berdasarkan data yang dimiliki asosiasi sebanyak 1.118 unit PKS yang tersebar di 146 kabupaten dengan kapasitas beragam mulai dari 30 ton per jam hingga 90 ton perjam. 

“Yang kami hadapi saat ini, walaupun pelarangan sudah dicabut harga TBS belum semuanya terserap oleh pabrik kelapa sawit di daerah tersebut. Kami dapat laporkan bahwa PKS menerapkan sistem kuota, jadi tidak semua TBS petani dibeli oleh PKS,” ujar Alpian dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, selasa (24/5). 

Selain harga TBS yang saat ini masih rendah, pihak petani juga mengalami tantangan lain yakni harga pupuk yang saat ini cenderung meningkat. Jadi harga TBS sudah jatuh pihak petani juga tertekan harga pupuk yang tinggi. Bahkan meski harganya sudah tinggi pasokan pupuk juga masih saja seret. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi