Kerawanan Pangan Jadi Perhatian Khusus G20, Beragam Inisiatif Kebijakan Disiapkan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presidensi G20 Indonesia masuk masa puncak yakni KTT G20 yang diselenggarakan di Bali pada 15-16 November.  

Forum G20 sendiri merupakan ”The Only Global Premier Economic Forum” yang menjadi representasi perekonomian dunia, karena negara-negara yang tergabung di dalamnya menguasai 85% dari produk domestik bruto (PDB) dunia. 

Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 menjadi periode paling krusial dalam proses pemulihan ekonomi global. 


Maka itu, kolaborasi global melalui Forum G20 harus mampu menghasilkan langkah-langkah nyata dan terobosan besar untuk mengatasi krisis pangan, energi, dan keuangan global yang terjadi saat ini, serta mempercepat pemulihan bersama dan pulih menjadi lebih kuat.

Krisis pangan global memang menjadi salah satu perhatian negara-negara anggota G20. Secara khusus, para menteri keuangan dan menteri pertanian G20 sudah bertemu di ajang Joint Finance and Agriculture Ministers Meeting (JFAMM) yang digelar pada 11 Oktober 2022  lalu di Washinton DC.

JFAMM sendiri adalah kolaborasi negara G20 di jalur keuangan dan jalur sherpa. Kolaborasi ini ditujukan untuk membahas perkembangan global terkini. Salah satunya kerawanan pangan global.

Pertemuan JFAM membahas empat poin.  Pertama, membangun upaya anggota G20 untuk mengatasi kerawanan pangan dan gizi.

Kedua, mendukung secara politis bagi pemetaan, penyusunan kerangka acuan dan tindakan konkrit yang akan diambil untuk mengatasi kerawanan pangan dan gizi.

Ketiga, menjajaki aksi konkrit untuk mengatasi krisis ketersediaan pupuk dan kerawanan pangan yang sudah mendesak.

Keempat, mempertimbangkan koordinasi  bidang keuangan dan pertanian dalam jangka panjang.

Indonesia berharap keempat poin tersebut bisa dijadikan komitmen bersama bagi negara-negara anggota G20 sebagai solusi persoalan pangan dunia.

Apalagi  pangan adalah persoalan hak asasi dan semua orang berhak punya akses yang sama mendapatkan pangan.

Masalah Lonjakan Harga Pupuk

Melonjaknya harga pupuk global juga menjadi salah satu pembahasan dalam pertemuan JFAMM tersebut. 

Persoalan lonjakan harga pupuk ini menjadi concern hampir seluruh negara yang terlibat dalam pertemuan tersebut. Antara lain Amerika Serikat, China, India, Kanada.

Pembahasan juga melibatkan lembaga internasional lainnya, seperti World Bank Group, Food and Agriculture Organization (FAO), International Monetary Fund  (IMF), dan World Trade Organization (WTO).

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pertemuan JFAMM G20 tersebut menghasilkan komitmen para menteri keuangan dan menteri pertanian G20 membentuk skema pendanaan global  untuk penanganan tiga isu prioritas sektor pertanian dan pangan.

Tiga isu ini antara lain, Pertama, sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan berkelanjutan. 

Kedua, perdagangan pertanian yang terbuka, adil, dapat diprediksi, transparan, dan non-diskriminatif untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pangan bagi semua. 

Ketiga, mempromosikan kewirausahaan pertanian inovatif melalui pertanian digital untuk meningkatkan penghidupan petani di pedesaan.

Syahrul menjelaskan, dinamika geopolitik internasional, terutama perang Rusia-Ukraina menjadi penyebab tingginya harga bahan pupuk dunia. Kondisi ini berdampak meningkatnya harga pupuk di tingkat nasional maupun global, sehingga memicu lonjakan harga pangan.

Permasalahan ketahanan pangan ini memang telah menjadi perhatian serius forum G20. 

Presidensi G20 Indonesia telah menegaskan kembali komitmennya untuk menggunakan semua perangkat kebijakan yang tepat untuk mengatasi tantangan ekonomi dan keuangan saat ini, termasuk risiko kerawanan pangan. 

"G20 siap untuk mengambil tindakan kolektif yang cepat tentang ketahanan pangan dan gizi, termasuk dengan bekerja sama dengan inisiatif lain,” terang Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Inisiatif Hadapi Masalah Ketahanan Pangan

Beberapa inisiatif global telah diluncurkan oleh organisasi regional, internasional, dan bahkan secara mandiri oleh beberapa negara untuk menghadapi permasalahan ketahanan pangan.

Misal, the UN Global Crisis Response Group (GCRG), the G7 Global Alliance for Food Security (GAFS), the Global Agriculture and Food Security Program (GAFSP), International Finance Institutions Action Plan, dan Global Development Initiative. 

Selain itu, Bank Dunia telah berkomitmen untuk menyediakan US$ 30 juta dalam pendanaan baru atau yang sudah ada untuk proyek terkait ketahanan pangan dan nutrisi untuk beberapa tahun ke depan. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pun turut menyediakan perkembangan kondisi pasar pangan, termasuk melalui G20 Agricultural Market Information System.

Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20 telah menegaskan kembali komitmen mereka untuk memanfaatkan semua perangkat kebijakan (policy tools) dalam mengatasi tantangan ekonomi dan keuangan saat ini, termasuk ketahanan pangan. 

Forum G20 akan terus mengambil langkah bersama secara cepat dalam menghadapi permasalahan ketahanan pangan dan nutrisi, termasuk dengan bekerja sama dengan inisiatif lainnya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut, sebagai sebuah forum yang efektif dalam menjawab tantangan global dalam hal kerawanan pangan, Presidensi G20 Indonesia menerapkan strategi untuk meningkatkan kapasitas produksi guna menstabilkan harga pangan, menekan inflasi, menurunkan impor dan meningkatkan ekspor pangan. 

"Strategi ini diterapkan pada beberapa komoditas pangan strategis dengan kegiatan operasional untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam sistem agribisnis pangan, agar tercapai efisiensi dan peningkatan daya saing,” terang Syahrul.

Nah, pertemuan antar negara G20 yang berlangsung pada 2022 dipandang memegang peranan penting untuk memecahkan tantangan ekonomi global yang terus meningkat.

Presidensi G20 Indonesia menjadi ajang dialog, kerja sama dan koordinasi respon kebijakan antarnegara untuk mendorong pemulihan dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang kuat dan seimbang, di tengah-tengah guncangan dan tantangan yang dihadapi.

Info terkini tentang G20 kunjungi g20.org

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ridwal Prima Gozal