Kerek Ekonomi Kutawaru, Kilang Pertamina Cilacap Jalankan Program Masyarakat Mandiri



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap mendorong pelaksanaan program Masyarakat Mandiri Kutawaru (Mamaku) untuk mendukung perekonomian masyarakat sekitar wilayah operasional.

Area Manager Communication, Relations, and CSR PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap Cecep Supriyatna mengatakan, salah satu inisiatif yang dilakukan Kilang Cilacap yakni merintis Kampoeng Kepiting dan melakukan pembenahan dengan penambahan berbagai fasilitas, baik di area Kampoeng Kepiting maupun area dermaga Kutawaru, sebagai gerbang utama ke tempat wisata kuliner tersebut.

"Inilah keunikan tambatan spot selfie di Dernaga Kutawaru karena berlatar belakang view kilang Pertamina. Saran kami kalau mau mendapatkan pemandangan terbaik, mulai waktu senja hingga malam hari karena bertebaran cahaya lampu di area kilang," ungkap Cecep dalam siaran pers, Kamis (8/8).


Kilang Cilacap memberdayakan Kutawaru karena wilayah tersebut merupakan area Ring 1. Untuk mencapai wilayah itu, pengunjung bisa menuju Dermaga Kalipanas di Kelurahan Donan. Dari dermaga tersebut, dilanjutkan dengan kapal dengan menyusuri perairan Bengawan Donan selama 10-15 menit menuju Dermaga Kutawaru. Dari dermaga, perjalanan bisa dilanjutkan dengan kendaraan bermotor atau layanan “odong-odong” sejauh 2 kilometer.

Dalam program ini, Kilang Cilacap memberdayakan perempuan eks pekerja migran yang dulu dikenal dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan anak buah kapal (ABK), yang tidak mempunyai kemampuan dan kapasitas dalam mengelola potensi Kutawaru yang berlimpah seperti ikan dan kondisi alam yang asri. Mereka banyak yang menjadi nelayan dengan menggunakan jaring ikan yang tidak ramah lingkungan. Aktivitas tersebut merusak ekosistem pesisir. 

Kilang Cilacap tergerak untuk membenahi kondisi tersebut dengan menawarkan Program Masyarakat Mandiri Kutawaru (Mamaku). Para mantan anak buah kapal ini kemudian membentuk Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan), sedangkan eks pekerja migran yang bertekad tidak berangkat lagi ke luar negeri membuat kelompok Bunda Malutik Kutawaru (Buntikku). Kata ‘Malutik’ berasal dari bahasa setempat, yang artinya ‘grumbul’ atau dalam Bahasa Indonesia dimaknai bersatu.

 “Kami bekerjasama dengan Pemkab Cilacap memberikan pelatihan pengelolaan tambak. Sedangkan Buntikku diberikan peningkatan kapasitas pengelolaan jerami menjadi makanan tradisional atau UKM,” lanjut Cecep.

Selain meningkatkan perekonomian Masyarakat, bank sampah menjadi upaya merawat lingkungan tetap bersih.

Kawasan Kampoeng Kepiting dikembangkan dengan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 6,6 kilowatt peak (kWp) untuk menyuplai kebutuhan listrik di area wisata dengan energi baru terbarukan.  Kehadiran PLTS tersebut mampu menurunkan emisi karbon sebesar 8.580 kilogram setara CO2/tahun dan mampu menghemat konsumsi listrik sebesar Rp13 juta/tahun. 

Dampak Program Mamaku terhadap berbagai aspek dinilai cukup baik. Tercatat, dari aspek alam memberikan dampak antara lain mengurangi pencemaran lingkungan sebesar 195 ton/tahun atau 80,93%, mengurangi emisi pemanasan dari pengelolaan sampah anorganik sebesar 161,8526 ton/CO2/tahun dan mengurangi emisi karbon sebesar 8,580 kg CO2 setara/tahun dari penggunaan PLTS. 

Pada aspek ekonomi program ini memberikan dampak antara lain omzet mencapai Rp44 juta/bulan dari kegiatan Kampoeng Kepiting, meningkatkan pendapatan Pokdakan dan Buntiku sekitar Rp4,35 juta/bulan, peningkatan pendapatan dari kegiatan pengelolaan sampah plastik Bank Sampah Abhipraya menjadi Rp3,8 juta /bulan dari pengelolaan sampah organik Rp3 juta per bulan. 

Pada aspek kesejahteraan yang berdampak antara lain pencapaian Indonesia Social Innovation Award Kategori Gold 2023, Silver Winner PR Indonesia Awards Kategori Program CSR Subkategori Community Based Development 2023, dan Kampoeng Kepiting sebagai UMKM Destinasi Wisata Terbaik di Jawa Tengah oleh Brand Satria Award 2022. Pada Mei 2024, program ini meraih anugerah Predikat Gold di ajang Indonesian Social Sustainability Forum (ISSF) dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).  

Kesuksesan Program Mamaku yang sudah dilaksakan selama empat tahun juga menyebabkan PT KPI Unit Cilacap kembali meraih Platinum Kategori Pilang Ekponomi pada ajang TJSL & CSR Awards 2024.

Kilang Cilacap akan mereplikasi Program Mamaku di lokasi lain, terutama yang terkait pemanfaatan PLTS untuk peningkatan ekonomi. Realisasinya telah dilaksanakan di Program Masyarakat Pengelola Pertanian Berkelanjutan (Mapan), di Desa Kalijaran, Kecamatan Maos, Cilacap. PLTS dimanfaatkan untuk mendukung pengairan untuk sawah tadah hujan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati