KONTAN.CO.ID-JAKARTA. BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia, MIND ID merencanakan pembangunan kawasan industri smelter bauksit terintegrasi di Mempawah, Kalimantan Barat. Setelah meresmikan fasilitas Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah pada Selasa (24/9) lalu, MIND ID melalui PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) merencanakan pembangunan smelter alumunium di lokasi yang sama. Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan, proyek ini merupakan langkah yang positif dalam mendukung hilirisasi pertambangan nasional.
"Khususnya dalam meningkatkan nilai tambah. Smelter ini tidak hanya akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain penting industri alumunium global tapi juga membuka lapangan kerja dan meningkatkan penerimaan negara," kata Hendra kepada Kontan, Senin (30/9). Hendra menambahkan, pihaknya mendukung langkah MIND ID melalui Inalum dalam menggarap proyek smelter ini. Kehadiran proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak positif pada sektor pertambangan dan perekonomian nasional. Senada, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli mengatakan, rencana pembangunan smelter alumunium ini merupakan langkah yang sangat strategis untuk mengolah produk alumina yang dihasilkan dari SGAR Mempawah.
Baca Juga: Aneka Tambang (ANTM) Injeksi Bauksit Perdana di SGAR Mempawah Lokasi smelter yang direncanakan berada di satu kawasan dinilai akan menekan biaya transportasi. "Biaya transportasi bisa dipangkas menjadi relatif lebih murah. Memiliki sumber daya dan cadangan bauksit yg sangat besar di Mempawah. Sehingga Inalum atau MIND ID dapat menjadi produsen logam aluminium global yg lebih efisien," ungkap Rizal kepada Kontan, Senin (30/9). Tekan Impor Aluminium Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengharapkan kehadiran SGAR Mempawah dapat mendorong pemenuhan kebutuhan aluminium di dalam negeri yang saat ini mencapai 1,2 juta ton. Dari jumlah tersebut, 56% di antaranya masih diperoleh dari impor. “Oleh sebab itu setelah ini selesai, berproduksi, impor yang 56% ini bisa kita stop, ngga impor lagi, kita produksi di dalam negeri,”ujar Jokowi saat peresmian SGAR BAI, Selasa (24/9). Jokowi menambahkan, impor aluminium membuat devisa yang keluar mencapai sekitaran US$ 3,5 miliar atau sekitar Rp 50 triliun. Ia mengaku senang karena ekosistem dari hulu ke hilir industri aluminium terintegrasi dan selesai untuk fase pertama. Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan, MIND ID sebagai induk holding pertambangan siap mendorong ekspansi industri aluminium melalui kolaborasi PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dengan PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM). "Ini adalah fase I kapasitas produksinya 1 juta ton. Dengan visi hilirisasi di bauksit, kami ingin membantu pemerintah meringankan beban devisa, kami akan meningkatkan kapasitas aluminiumnya," ujar Hendi dalam Peresmian Injeksi Perdana SGAR Mempawah, Selasa (24/9). Hendi menjelaskan, proyek Fase I SGAR Mempawah dengan kapasitas produksi 1 juta ton membutuhkan bahan baku bauksit sebesar 3,3 juta ton per tahun. Proyek ini menelan investasi mencapai US$ 941 juta plus Rp 700 miliar untuk pembangunan jalan,
hauling dan fasilitas lainnya. Total investasinya mencapai Rp 16 triliun. Baca Juga: Dorong Hilirisasi, Grup MIND ID Sudah Gelontorkan Investasi Sebesar Rp 90,6 Triliun "Fase kedua kemungkinan lebih murah karena tidak harus membangun pembangkit baru, hanya sedikit tambahan (untuk) pembangkit," jelas Hendi. Hendi mengungkapkan, kebutuhan investasi untuk fase II diperkirakan mencapai US$ 900 juta dan untuk pembangunan smelter
aluminium mencapai US$ 2 miliar. Butuh Dukungan Pemerintah
Upaya MIND ID dalam mendorong smelter bauksit-aluminium terintegrasi dinilai membutuhkan dukungan pemerintah. Rizal menjelaskan, pemerintah tentu memiliki kepentingan dalam proyek smelter aluminium garapan Inalum.
"Karena ini merupakan bagian dari road map hilirisasi bauksit di Indonesia. Penghematan devisa negara karena alumina tidak perlu diimpor lagi dari negara lain. Kemudian adanya multiplier effect yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional terutama di Kalimantan Barat," jelas Rizal. Sementara itu, Hendra menilai pemerintah memiliki peran sentral untuk memastikan proyek dapat terlaksana. beberapa diantaranya yakni dukungan infrastruktur dasar seperti akses transportasi dan energi yang memadai hingga dukungan di sisi perizinan dan insentif fiskal. "Selain tantangan infrastruktur dan ketersediaan energi yang stabil dan ramah lingkungan, aspek pendanaan dan kepastian investasi juga menjadi kunci keberhasilan proyek ini," tambah Hendra. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari