KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana untuk memperluas hilirisasi menjadi 21 komoditas. Rencana tersebut akan dilakukan secara bertahap hingga tahun 2035 mendatang. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengungkapkan, perluasan hilirisasi bisa mendongkrak penerimaan negara dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Biasanya kita bicara hanya soal hilirisasi nikel. Jangan satu komoditas saja. Ini akan berdampak pada penerimaan permintaan dan pertumbuhan lewat kinerja ekspor," tutur Bahlil, Selasa (17/1).
Berdasarkan dokumen yang diterima Kontan.co.id dari Kementerian Investasi, hilirisasi akan mencakup komoditas batubara, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi dan baja, emas.
Baca Juga: Kementerian ESDM Targetkan Peningkatan Produksi Batubara pada Tahun Ini Kemudian aspal, minyak bumi, gas, sawit, kelapa, karet, biofuel, kayu log, getah pinus, udang, perikanan, kepiting, rumput laut, dan garam. Komoditas tersebut memang tercatat menyumbang penerimaan negara, khususnya dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Misalnya saja, data yang dihimpun Kontan.co.id dari Kementerian Keuangan menunjukkan komoditas minyak bumi memberi sumbangan PNBP sebesar Rp 118,06 triliun pada tahun 2022. Ini mencakup 20,06% dari realisasi PNBP di sepanjang tahun 2022 yang sebesar Rp 588,34 triliun. Pemerintah juga mendapatkan sekitar Rp 85,78 triliun dari PNBP iuran produksi atau royalti pertambangan batubara pada tahun 2022. Ini mencakup 14,58% dari realisasi PNBP di tahun lalu.
Baca Juga: Emiten Logam & Emas Berseri, Simak Rekomendasi Saham Pilihan Berikut Sedangkan PNBP dari iuran produksi atau royalti pertambangan nikel tercatat Rp 11,07 triliun atau sebesar 1,88% dari total PNBP 2022. Sedangkan pendapatan dari iuran produksi atau royalti pertambangan tembaga dan timah tercatat masing-masih Rp 4,80 triliun dan Rp 1,14 triliun.
Selain menambah penerimaan negara dan menggenjot pertumbuhan ekonomi, Bahlil juga menduga akan ada tambahan investasi yang masuk dari proyek hilirisasi ini. 21 komoditas tersebut bisa dimasukkan dalam 8 sektor prioritas. 8 sektor prioritas ini digadang mampu mendulang investasi sebesar US$ 545,3 miliar hingga tahun 2035. Investasi yang masuk ini diharapkan juga mampu menciptakan lapangan kejra yang berkualitas. Dengan demikian, mampu membawa asa pemerintah untuk membawa Indonesia jadi negara maju. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari