KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Energi bersih dengan produk D100 atau bahan bakar 100% sawit untuk kendaraan akhirnya lahir di Kilang Dumai. Produksi di kilang eksisting tidaklah mudah, perlu keberanian dengan kalkulasi tepat agar produksi tidak menganggu produksi minyak yang sedang berlangsung setiap hari. Dengan kolaborasi Pertamina Research & Technology Center (RTC) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) mampu merealisasikan keinginan Presiden Joko Widodo dengan memproduksi D100 atau bahan bakar untuk diesel dengan memakai 100% sawit. Sebagai uji coba, Toyota Innova sudah memakai produk D100 dan hasilnya tidak jauh berbeda dengan memakai bahan bakar minyak (BBM). Bedanya, produk D100 ini sangat ramah lingkungan.
Baca Juga: Ingat! Jika proyek kilang rampung, tahun 2026 Indonesia tidak lagi impor BBM Seperti diketahui sebelumnya, Presiden Joko Widodo optimistis Indonesia mampu mendorong penggunaan alternatif energi untuk menekan impor minyak dan gas bumi. Saat ini, Indonesia telah memulai program B20 yang merupakan campuran solar dengan 20 persen biodiesel. Selanjutnya, Indonesia bergerak menuju penggunaan B30. Jokowi optimistis penggunaan biodiesel ini akan lebih banyak pada masa mendatang. "Tapi kita bisa lebih dari itu, kita bisa membuat B100," ujar Jokowi dalam beberapa kesempatan. Program 100% memakai sumber daya nabati untuk bahan bakar tampaknya kini menjadi kenyataan. Pertamina hari ini meresmikan ujicoba produk 100% memakai sawit atau dinamakan Bahan Bakar Sawit (BBS). Program dengan nama Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) 100% yang menghasilkan produk Green Diesel (D-100) kini sudah diproduksi sebanyak 1.000 barel per hari di fasilitas existing Kilang Dumai. RBDPO adalah minyak kelapa sawit atau CPO yang telah diproses lebih lanjut sehingga hilang getah, impurities dan baunya. Uji coba pengolahan produksi yang dilakukan pada 2-9 Juli 2020 tersebut merupakan ujicoba ketiga setelah sebelumnya melakukan uji coba mengolah RBDPO melalui co-processing hingga 7.5% dan 12,5%. Keberhasilan tersebut mendapat dukungan penuh Pemerintah melalui kunjungan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita ke Unit DHDT Refinery Unit (RU) II Dumai Rabu (15/7) sekaligus menerima contoh produk D-100 dari Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati. Menteri Perindustrian Agus Gumiwan Kartasasmita menyampaikan bahwa hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk mengawal implementasi Program Bahan Bakar Nabati (BBN) dalam rangka mengoptimalkan sumber daya alam yang berlimpah di Indonesia, khususnya kelapa sawit, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan para petani. “Saya mengucapkan selamat kepada rekan-rekan di Pertamina, khususnya di Kilang Dumai yang telah membuktikan bahwa kita mampu. Keberanian yang diambil Pertamina ini luar biasa, prosesnya sejak tahun 2019 sampai hari ini juga sangat cepat. Kita sama-sama bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan anak negeri dan Pemerintah akan selalu mengawal Pertamina,” ucapnya.
Baca Juga: Kinerja emiten CPO milik grup besar lesu di 2019, analis: Sahamnya masih menarik Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati juga menyampaikan apresiasi atas dukungan Pemerintah kepada Pertamina untuk mewujudkan produk bahan bakar dengan menyerap bahan baku dalam negeri, dalam rangka mewujudkan kedaulatan dan ketahanan energi nasional. “Terima kasih kepada Pemerintah dan seluruh pihak terkait atas dukungan penuhnya kepada Pertamina. Dari uji coba ini menunjukkan bahwa dari sisi kilang dan katalis kita sudah siap, selanjutnya kita perlu memikirkan agar sisi keekonomiannya juga dapat tercapai,” kata Nicke. Menurut Nicke, hadirnya inovasi yang menghasilkan produk green energy tersebut telah menjawab tantangan energi yang lebih ramah lingkungan sekaligus tantangan penyerapan minyak sawit yang saat ini produksinya mencapai angka 42 hingga 46 juta metrik ton dengan serapannya sebagai FAME (
Fatty Acid Methyl Ester) sekitar 11,5%. Pada saat yang bersamaan, di kilang Plaju, Pertamina juga akan membangun unit green diesel dengan kapasitas produksi sebesar 20.000 barel per hari.
Baca Juga: Harga CPO mulai merangkak naik namun fundamentalnya masih rapuh “Hal ini membuktikan bahwa secara kompetensi dan kapabilitas Pertamina pada khususnya dan anak negeri pada umumnya memliki kemampuan dan daya saing dalam menciptakan inovasi, terbukti bahwa kita mampu memproduksi bahan bakar reneawable yang pertama di Indonesia dan hasilnya tidak kalah dengan perusahaan kelas dunia," ujarnya. Pengolahan RBDPO menjadi D-100 di kilang Dumai, lanjutnya, dapat direaksikan dengan bantuan katalis dan gas hidrogen untuk menghasilkan product Green Diesel. “Katalis yang digunakan adalah Katalis Merah Putih yang produksi putra putri terbaik bangsa di Pertamina Research and Technology Centre bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung,” ungkap Nicke. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini