JAKARTA. PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) siap menggeber perolehan kontrak baru sepanjang 2016. Di awal tahun, anak usaha emiten konstruksi PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini sudah memperoleh proyek baru. WTON kelimpahan permintaan beton pracetak atau precast untuk proyek kereta api cepat atau high speed railway (HSR) Jakarta-Bandung. Nilai permintaan beton untuk proyek tersebut lumayan besar, yakni berkisar Rp 6 triliun hingga Rp 9 triliun. "Harapannya, semua kebutuhan beton bisa didukung dari kami," ungkap Puji Haryadi, Sekretaris Perusahaan WTON kepada KONTAN, Jumat (22/1).
WTON memang memiliki kemampuan meladeni permintaan tersebut. Setidaknya ada dua faktor yang mendukung WTON. Pertama, jelas karena induknya, WIKA, menjadi salah satu anggota konsorsium proyek tersebut. Sehingga WIKA bakal memprioritaskan beton dari WTON. Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung diresmikan Presiden Joko Widodo, pada Kamis (21/1) lalu di Walini, Bandung Barat. Megaproyek ini digarap bersama konsorsium BUMN Indonesia dan BUMN Tiongkok, dengan nilai investasi US$ 5,57 miliar. PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang merupakan konsorsium gabungan, 60% sahamnya milik PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia dan 40% dikuasai China Railway International Co Ltd. Perusahaan ini akan mengerjakan pembangunan trase Jakarta-Bandung. WIKA menjadi pemimpim konsorsium BUMN Indonesia dengan porsi kepemilikan saham 38%. PT Kereta Api Indonesia (KAI) memiliki 25%, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII 25% dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) 12%. KCIC juga akan membangun pembangkit listrik untuk memastikan tak ada gangguan pasokan listrik ketika beroperasi. Keunggulan kedua, WTON bisa menawarkan spesifikasi produk khusus. Beberapa item precast untuk proyek tersebut cukup spesifik, seperti box girder, pier, bantalan jalan rel dan tiang pancang. Tak semua produsen precast mampu memproduksi dengan spesifikasi yang mampu menopang HSR. Nah, WTON bisa memproduksinya. Apalagi, HSR merupakan kereta penumpang dengan kecepatan tinggi, yang menempuh jarak Jakarta-Bandung hanya 36 menit. Sehingga, kualitas precast sangat diutamakan untuk proyek ini. Puji bilang, WTON memiliki sumber daya manusia dan penguasaan teknologi yang paling siap untuk memenuhi spesifikasi HSR. "Karena prinsipnya, kami selalu menjadi pionir untuk produk baru precast, dan ini yang menjadi keunggulan kami ketimbang produsen lain," imbuh dia. Dengan bekal tersebut, manajemen siap menyuplai beton sepanjang tahun ini. Apalagi, percepatan proyek infrastruktur pemerintah yang sudah direncanakan tahun lalu mulai terlihat realisasinya. Hal ini juga tecermin dari perputaran stok precast di gudang penyimpanan WTON. Sebelumnya, siklus operasional ruang penyimpanan milik WTON sekitar 139 hari. Tapi belakangan ini, angkanya menyusut menjadi 97 hari. Itu berarti permintaan naik. Kelak, permintaan precast jauh lebih besar. Sehingga hal ini membuat WTON wajib menggenjot produksinya.
Tahun ini, WTON menyiapkan belanja modal (capex) senilai Rp 350 miliar. Jumlah itu 34% lebih kecil dibandingkan alokasi tahun lalu. WTON akan memakai banyak belanja modal untuk revitalisasi sejumlah pabrik. Targetnya, kapasitas produksi 2,3 juta ton precast bisa terealisasi tahun ini. Pada akhirnya, WTON mampu melayani tingginya permintaan precast. Tahun ini, WTON menargetkan kontrak baru senilai Rp 4 triliun dengan kontrak carry over sebesar Rp 1,7 triliun. Tahun lalu, WTON merealisasikan kontrak baru Rp 3,5 triliun, naik 34% dibandingkan 2014. "Pendapatan kami juga tidak jauh dari angka tersebut. Pada bulan depan, kami akan mengumumkan lagi proyek apa saja yang sudah diperoleh," ungkap Puji. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie