Keripik tempe, oleh-oleh Bandung favorit (2)



Sentra oleh-oleh di Jalan Raya Leuwi Panjang, Bandung, selalu ramai pembeli. Keripik tempe menjadi salah satu penganan khas yang paling banyak diburu pembeli dari pusat oleh-oleh ini. Para pedagang mendapatkan bahan baku tempe dari warung, pasar atau pabrik tempe yang dekat dengan lokasi usaha mereka.

Sentra oleh-oleh di Jalan Raya Leuwi Panjang, Kecamatan Bojongloa Kidul, Bandung, sudah sangat kesohor. Letaknya yang strategis dan harganya yang murah membuat pusat oleh-oleh ini selalu ramai diserbupengunjung.

Salah satu penganan khas yang paling banyak diburu pembeli adalah keripik tempe. Tak heran, bila setiap toko oleh-oleh di Leuwi Panjang ini menyediakan keripik tempe.


Keripik tempe ini mereka produksi sendiri di toko-toko masing. Yudi, salah seorang pedagang bilang, bahan baku tempe gampang diperoleh. Biasanya mereka mengambil dari warung, pasar, atau pabrik tempe yang dekat dengan lokasi usaha.

Hanya, ia mengeluhkan harga tempe yang kerap naik di pasar. Biasanya, ia dan pedagang lain kompak menaikkan harga jual keripik tempe. Tapi, bila kenaikan bahan baku tempe tidak begitu tinggi, mereka memilih tetap mempertahankan harga lama.

Pasalnya, kenaikan harga sangat mempengaruhi penjualan keripik tempe. Untungnya, sejauh ini, harga bahan baku tempe relatif masih stabil. Pasokan juga tersedia banyak di pasaran.Yudi sendiri biasa mengambil tempe dari Pasar Leuwi Panjang.

Memproduksi keripik tempe tidak sulit. Selain tempe, bahan yang digunakan terdiri dari tepung beras,  tepung aci, minyak goreng, garam, dan rempah-rempah untuk membumbui tempe.

Dalam sehari, ia menghabiskan 30 kilogram (kg) minyak goreng serta tiga rantang tepung beras dan tepung aci yang dicampur dalam adonan tempe. Setelah itu, masukkan beberapa bumbu seperti garam, cabe dan bawang ke dalam adonan. Selanjutnya tempe diiris tipis-tipis dan dimasukkan ke dalam adonan.

Dengan satu wajan ukuran besar, tempe pun siap digoreng. Dengan dibantu empat karyawan, ia bisa memproduksi 30 kg keripik tempe dalam satu hari.

Yudi mengaku, keripik tempenya selalu habis terjual setiap hari. Para karyawan pun langsung memasak kembali tempe yang akan dijual di hari berikutnya.

Di tokonya, ia menjual keripik tempe dalam kemasan 1 kg. "Jadi saya tidak melayani penjualan secara eceran kepada pembeli," ujarnya.

Namun tidak semua pedagang menjual keripik tempe dalam kemasan kg. Pedagang lain seperti Doni menjajakan keripik dalam kemasan seperempat kg hingga 1 kg. Untuk keripik tempe kemasan seperempat dibanderol Rp 9.000. Sementara kemasan 1 kg dihargai Rp 35.000-Rp 45.000, tergantung rasa tempe itu sendiri.

Doni mengakui, tidak sulit mendapatkan bahan baku tempe. Tapi beda dengan Yudi, ia membeli tempe langsung dari pabrik di Cibuntu, Bandung.

Untuk memenuhi kebutuhan produksinya, setiap hari ia rutin membeli 10 papan tempe. Dari pabrik, satu papannya dihargai Rp 8.000. Ditambah dengan bahan-bahan lain seperi minyak goreng dan tepung, Doni mengaku bisa menghabiskan biaya produksi Rp 400.000-Rp 500.000 per hari. "Saya dapat memproduksi 50 kg tempe dalam sehari," ujarnya.      

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi