Kerjasama infrastruktur RI-Australia tetap jalan



JAKARTA. Memanasnya hubungan diplomatik Indonesia-Australia akibat kasus penyadapan, dipastikan tidak mempengaruhi kerjasama kedua negara di bidang Infrastruktur yang sudah berjalan. Pasalnya, Australia telah ikut berperan dalam sejumlah pembangunan infrastruktur dasar di Indonesia seperti jalan, air minum dan sanitasi. Direktur Pengembangan Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Danny Sutjiono mengatakan, proyek RI-Australia di infrastruktur air minum bernilai US$ 80 juta yang berlangsung sejak tahun 2011 lalu dan berlangsung dua tahap. Kerjasama ini, kata Danny, berupaya untuk memberikan akses air bersih kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) seluruh Indonesia. "Tahap I 2011-2012 sudah disalurkan anggaran US$ 40 juta dan tersambung 77.000 sambungan air bersih seluruh Indonesia," ujar Danny, Jumat (22/11). Untuk tahap II, dana US$ 40 juta ini akan kembali digunakan untuk tahun 2013-2014. Hingga kini sudah tersambung 90.000 sambungan air bersih.

Danny memperkirakan, hingga akhir tahun bisa tersambung 110.000 sambungan, sedangkan targetnya mencapai 200.000 sambungan. Bukan hanya air minum, Australia pun memberikan hibah kepada Indonesia untuk membangun proyek jalan Eastern Indonesia National Road Improvement Project (EINRIP) dikawasan Indonesia Timur. EINRIP merupakan bagian dari program Regional Road Development Progress (RRDP) yang merupakan paket penanganan jalan di Kawasan Indonesia Timur. Fokus utamanya, pada jalan nasional yang baru ditingkatkan statusnya dari jalan provinsi dan non-status. Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PU, Djoko Murjanto menambahkan, saat ini sebagian proyek tersebut sudah selesai dan menyisakan tiga atau empat paket yang tersebar di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan sebagian wilayah Sulawesi. "Sebagian besar proyek EINRIP sudah selesai dan pengerjaannya sekarang sifatnya penyelesaian saja," kata Djoko. Djoko mengatakan, proyek EINRIP yang sumber pendanaannya dari Australia itu, sudah berlangsung sejak 2007-2008. Australia sendiri memberikan pinjaman untuk proyek ini sebesar AUS$ 300 juta. Selain itu, ada pula dana pendamping dari pemerintah Indonesia sebesar A$ 30 juta. Disamping itu, Australia juga memberikan dana hibah sebesar A$ 31 juta untuk mendukung pembuatan desain jalan, audit teknis dan finansial, serta untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan proyek. Program EINRIP ini di sembilan provinsi. Kesembilan provinsi itu adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Berbeda dengan pinjaman dari negara lain, lanjut Djoko, pinjaman dari Australia dinilai menguntungkan karena menggunakan sistem, metodelogi, dan kontraktor Indonesia.

Pinjaman tersebut berbeda dengan pinjaman dari Bank Dunia ataupun Asian Development Bank (ADB) yang harus mengikuti prosedur mereka. Lebih jauh, Djoko mengatakan, perhatian Australia terhadap pembangunan jalan kawasan timur Indonesia cukup besar. Sebab, banyak warga Australia yang bermukim dan sering mengunjungi kawasan Indonesia timur.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan