Kerjasama Pengunaan Mata Uang Lokal RI-Korsel Berbuah Manis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral Korea Selatan sepakat menjalankan kerja sama penggunaan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT). 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, rencananya, kedua negara akan mendorong implementasi kerja sama ini pada tahun 2024. 

Perry mengungkapkan, salah satu yang diuntungkan dari kerja sama kedua negara ini adalah sektor perdagangan. 


Pasalnya, perbankan di Indonesia dan Korea Selatan dapat melakukan quotas nilai tukar secara langsung, sehingga risiko nilai tukar dan biaya yang timbal dari transaksi tersebut dapat berkurang. 

Baca Juga: BI Proyeksikan Nilai Transaksi Digital Banking Capai Rp 71.584 Triliun pada 2024

“Serta ini akan meningkatkan efisiensi yang diharapkan mampu mendorong transaksi perdagangan antara Indonesia dan Korea,” terang Perry dalam keterangannya, akhir pekan lalu. 

Menilik jalinan kerja sama Indonesia dan Korea Selatan, hubungan kerja sama perdagangan keduanya hangat. 

Bila menilik data Badan Pusat Statistik (BPS), Korea Selatan masuk ke dalam lima besar negara mitra dagang terbesar Indonesia. Setidaknya dalam sepuluh tahun belakangan.

Plus, keduanya telah meneken kerja sama komprehensif Indonesia-Korea Comprehensive Partnership Agreement (IK-CEPA) sejak 18 Desember 2020. 

Baca Juga: Bos BI Pamer, Beli Durian di Singapura Bisa Bayar Pakai QRIS

Mengutip pernyataan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan saat peluncuran kerja sama pada awal 2023, melalui IK-CEPA, Korea Selatan memberikan kemudahan dalam hal tarif bea masuk barang Indonesia. 

Korea Selatan melakukan eliminate 11.267 pos tarif atau 95,5% total pos tarif menjadi 0%. 

Sehingga, beberapa produk Indonesia yang akan makin terbuka akses pasarnya, antara lain, sepeda, sepeda motor, aksesori kendaraan bermotor, produk olahan ikan, salak, dan produk tekstil seperti kaos kaki. 

Baca Juga: Indonesia Fibreboard Industry (IFII) Genjot Penjualan Bersih Naik 10% di 2023

Lewat IK-CEPA pun, kedua negara membuka lebih dari 100 subsektor ajsa dengan penyertaan modal asing berkisar 49% hingga 100%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli