KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) yang menurun menyebabkan perseroan ini masih belum bisa mencapai Break Even Point (BEP) dalam bisnisnya. Perseroan ini masih menjajal pinjaman modal kerja pada perbankan, yang sampai kini belum membuahkan hasil. Henry Priantoro, Direktur PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk mengatakan, perbankan saat ini masih konsolidasi. Henry menduga, saat ini dana pinjaman lebih banyak dialirkan untuk proyek-proyek infrastruktur yang digenjot oleh pemerintah. Sampai kuartal keempat 2017 ini, KBRI hanya memproduksi 3.000 ton kertas, artinya produksi tiap bulan sebesar 1.000 ton. Padahal, kapasitas terpasang mesin pabrik mencapai 15.000 ton per bulan. Menurut Henry, agar bisa mencapai BEP setidaknya produksi pabrikan KBRI di Banyuwangi harus bisa mencapai titik 11.000 ton per bulan. Untuk menggenjot produksi sebanyak itu perseroan ini setidaknya perlu dana US$ 10 juta. Selain mengharapkan dana perbankan, perusahaan ini juga berusaha mencari alternatif lainnya. "Kami cari opsi lain soal pihak ketiga. Beberapa bulan lalu sudah ada investor yang kunjungi pabrik kami dan cukup tertarik," kata Henry. Sayangnya perseroan belum bisa merincikan terkait kemungkinan investasi dari pihak ketiga tersebut. Selain fokus mencari pendanaan, KBRI berusaha memangkas biaya produksi pabrik untuk efisiensi. Ke depannya perseroan ini melihat bisnis kertas masih sangat menggiurkan. Di tengah turunnya suplai produk manufaktur kertas dari China, menyebabkan harga produk mengalami kenaikan. "Momentum ini harusnya tak boleh terlewatkan," pungkas Henry. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kertas Basuki usaha mencari pinjaman
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) yang menurun menyebabkan perseroan ini masih belum bisa mencapai Break Even Point (BEP) dalam bisnisnya. Perseroan ini masih menjajal pinjaman modal kerja pada perbankan, yang sampai kini belum membuahkan hasil. Henry Priantoro, Direktur PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk mengatakan, perbankan saat ini masih konsolidasi. Henry menduga, saat ini dana pinjaman lebih banyak dialirkan untuk proyek-proyek infrastruktur yang digenjot oleh pemerintah. Sampai kuartal keempat 2017 ini, KBRI hanya memproduksi 3.000 ton kertas, artinya produksi tiap bulan sebesar 1.000 ton. Padahal, kapasitas terpasang mesin pabrik mencapai 15.000 ton per bulan. Menurut Henry, agar bisa mencapai BEP setidaknya produksi pabrikan KBRI di Banyuwangi harus bisa mencapai titik 11.000 ton per bulan. Untuk menggenjot produksi sebanyak itu perseroan ini setidaknya perlu dana US$ 10 juta. Selain mengharapkan dana perbankan, perusahaan ini juga berusaha mencari alternatif lainnya. "Kami cari opsi lain soal pihak ketiga. Beberapa bulan lalu sudah ada investor yang kunjungi pabrik kami dan cukup tertarik," kata Henry. Sayangnya perseroan belum bisa merincikan terkait kemungkinan investasi dari pihak ketiga tersebut. Selain fokus mencari pendanaan, KBRI berusaha memangkas biaya produksi pabrik untuk efisiensi. Ke depannya perseroan ini melihat bisnis kertas masih sangat menggiurkan. Di tengah turunnya suplai produk manufaktur kertas dari China, menyebabkan harga produk mengalami kenaikan. "Momentum ini harusnya tak boleh terlewatkan," pungkas Henry. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News