JAKARTA. Bukan cuma mengancam jiwa manusia, meluasnya wabah penyakit demam berdarah (DBD) ternyata juga bisa menimbulkan kerugian secara ekonomi cukup besar. Kementerian Kesehatan (Kemnkes) menghitung, tahun lalu total kerugian ekonomi akibat penyakit ini mencapai Rp 3,1 triliun. Soewarta Kosen, Peneliti yang juga Koordinator Unit Analisis Kebijakan dan Ekonomi Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes, mengatakan, sumber kerugian itu bukan dari biaya perawatan saja melainkan juga akibat hilangnya produktivitas si penderita DBD di bidang ekonomi. "Kerugian non medisnya justru lebih besar," katanya, Selasa (14/6). Ia menyatakan, dari hasil perhitungan Kemenkes, biaya medis pengobatan demam berdarah tahun lalu mencapai Rp 343,06 miliar dari total jumlah penderita DBD yang mencapai 157.370. Adapun kerugian secara ekonomi mencapai Rp 2,8 triliun.
Kerugian akibat DBD Rp 3,1 triliun
JAKARTA. Bukan cuma mengancam jiwa manusia, meluasnya wabah penyakit demam berdarah (DBD) ternyata juga bisa menimbulkan kerugian secara ekonomi cukup besar. Kementerian Kesehatan (Kemnkes) menghitung, tahun lalu total kerugian ekonomi akibat penyakit ini mencapai Rp 3,1 triliun. Soewarta Kosen, Peneliti yang juga Koordinator Unit Analisis Kebijakan dan Ekonomi Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes, mengatakan, sumber kerugian itu bukan dari biaya perawatan saja melainkan juga akibat hilangnya produktivitas si penderita DBD di bidang ekonomi. "Kerugian non medisnya justru lebih besar," katanya, Selasa (14/6). Ia menyatakan, dari hasil perhitungan Kemenkes, biaya medis pengobatan demam berdarah tahun lalu mencapai Rp 343,06 miliar dari total jumlah penderita DBD yang mencapai 157.370. Adapun kerugian secara ekonomi mencapai Rp 2,8 triliun.