Kerugian banjir Bengawan Solo capai Rp 33 miliar



JAKARTA. Banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo semakin parah hingga statusnya dinyatakan siaga merah. Sejauh ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan kerugian mencapai Rp 33 miliar.

Sebelumnya, beberapa daerah di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban di Jawa Timur telah terendam banjir sejak 29 November 2016 hingga Kamis 1 Desember 2016. Namun, hujan terus-menerus yang merata di bagian hulu dan tengah Sungai Bengawan Solo di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur telah meningkatkan debit banjir sehingga banjir semakin meluas.

Hujan terus-menerus menyebabkan tinggi muka air Bengawan Solo terus naik. Pada Kamis 1 Desember 2016 pukul 08.00 posisi Tinggi Muka Air (TMA) Sungai Bengawan Solo di Kota Bojonegoro mencapai 15,02 meter atau siaga merah. Dalam kondisi siaga merah, beberapa wilayah Bojonegoro terendam banjir.


Tercatat genangan banjir di Bojonegoro meluas hingga 51 desa dan 10 kecamatan dari total 28 kecamatan, antara lain Kecamatan Bojonegoro, Kalitidu, Dander, Trucuk, Kapas, Balen, Sumberejo, Kanor, Baureno, dan Trucuk.

Pada wilayah tersebut, tercatat 3.410 rumah terendam banjir. Satu orang tewas dan 156 jiwa mengungsi di Gedung Serba Guna Jalan KH Mas Mansyur.

Meskipun ribuan rumah terendam banjir namun masyarakat tidak mau mengungsi. "Mereka sudah terbiasa banjir yang hampir setiap tahun terjadi di Bojonegoro," ujar Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan resmi yang diterima KONTAN, Kamis (1/12).

Tanggul Kali Ingas di Desa Pucangarum Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro pada Kamis pukul 10.00 WIB jebol sehingga menyebabkan sekitar 1.500 ha sawah terendam banjir. Lahan pertanian di Desa Pucangarum, Desa Kedungrejo, Desa Kedungprimpen dan Desa Gedongarum Kecamatan Kanor terendam banjir. Kerugian akibat banjir yang merendam sawah cukup besar. "Kerugian ditaksir mencapai lebih dari Rp 24 miliar," kata Sutopo.

Luapan Sungai Bengawan Solo juga telah menyebabkan banjir di wilayah Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur sejak 26 November 2016 hingga 1 Desember 2016. Banjir telah menyebabkan 3.569 rumah tergenang banjir, jalan tergenang 61.065 meter, dan lahan pertanian terendam seluas 2.111 ha. Banjir di wilayah ini menimbulkan kerugian dan kerusakan hingga Rp 9 miliar.

Untuk membantu korban becana, BPBD Kabupaten Tuban telah mendirikan posko lapangan di 5 kecamatan dan pendirian dapur umum. Pemberian bantuan sembako telah diberikan kepada sebagian korban bencana.

Dalam mengatasi luapan banjir, BPBD dan Dinas Pekerjaan Umum Bojonegoro menutup 56 pintu darurat di tanggul barat dan utara. Pemerintah setempat menyediakan 24.000 kantong berisi pasir yang ditumpuk di pintu-pintu darurat serta tanggul desa yang terdampak banjir. 

Adapun Bupati Tuban telah menetapkan keadaan darurat bencana banjir sejak 28 November 2016 hingga 3 Desember 2016. Namun, Penggunaan anggaran dari pos Biaya Tak Terduga dari Pemda Tuban masih diproses untuk penanganan darurat. Kendala lainnya, BPBD Tuban telah kehabisan stok bantuan sandang. Untuk itu, BPBD Provinsi Jawa Timur mengirimkan bantuan logistik.

Sementara itu meluapnya Sungai Bengawan Solo juga telah menyebabkan banjir di Kabupaten Gresik. Sebanyak 17 desa di Kecamatan Dukun dan Bungah terendam banjir.

Di tempat lain hujan deras menyebabkan longsor di Kabupaten Trenggalek pada 1 Desember 2016. Jalan raya yang menghubungkan Trenggalek-Pacitan Km 41 di Dusun Kapit Desa Cakul Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek terjadi sebagian badan jalan amblas dengan panjang 10 meter dan lebar 2 meter. Untuk mengatasi lalu-lintas yang terhambat, petugas melakukan sistem buka-tutup dan pemberian tanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini