KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bank of America laporkan kerugian yang belum direalisasikan (
unrealized lost) sebesar US$ 131,6 miliar pada sekuritas di kuartal III tahun 2023 ini. Jumlah tersebut meningkat dari kuartal II tahun 2023 yakni sebesar US$ 106 miliar, tetapi bank tidak memperkirakan portofolio tersebut akan mencatat kerugian dalam jangka panjang. Kerugian yang belum direalisasi tersebut telah menjadi sorotan para investor sejak bulan Maret silam. Saat itu, Silicon Valley Bank menjual portofolio kepemilikannya dengan kerugian besar, yang pada akhirnya memicu keruntuhan dan memicu gejolak industri terburuk sejak krisis keuangan di tahun 2008. Dilansir dari
Reuters, beberapa analis mengatakan bahwa Bank of America tidak mungkin menjual sekuritas dengan kerugian karena mereka memiliki likuiditas yang kuat dengan deposito nasabah dan modal yang lebih tinggi.
Baca Juga: Stocks Rise With Earnings in Focus, Markets Eye Mideast Tensions Selain itu, menyimpan sekuritas hingga jatuh tempo juga memberikan fleksibilitas untuk menghindari kerugian mark-to-market. Bank menggunakan penunjukkan held-to-maturity hingga jatuh tempo untuk membeli sekuritas yang tidak terlalu berisiko, yang memberi mereka perlindungan dari sisi negatifnya. Meskipun dalam lingkungan suku bunga yang meningkat, potensi kenaikannya terbatas. Kepala Keuangan Bank of America Alastair Borthwick mengatakan bahwa semua ini merupakan kerugian yang belum direalisasi pada sekuritas yang dijamin pemerintah. “Karena kami memegangnya hingga jatuh tempo, kami akan mengantisipasi bahwa kami tidak akan mengalami kerugian dari waktu ke waktu,” ujar Borthwick dilansir dari Reuters, Rabu (18/10). Bank of America yang merupakan pemberi pinjaman terbesar kedua di AS memiliki sekitar US$ 603 miliar dalam bentuk sekuritas yang dimiliki sampai dengan jatuh tempo. Namun, kepemilikan aset-aset berimbal hasil rendah juga membatasi kemampuan pemberi pinjaman terbesar kedua AS ini untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dengan menggunakan uangnya di pasar uang atau aset-aset lain yang memiliki imbal hasil lebih besar. Analis di Morningstar Eric Compton mengatakan bahwa bank ini memiliki salah satu imbal hasil yang lebih rendah secara keseluruhan pada buku sekuritasnya. “Buku sekuritas tersebut akan bertahan untuk sementara waktu,” ungkap Compton. Menurut perkiraan Moody’s, setelah melihat prospek suku bunga yang tetap lebih tinggi akan lebih lama menyebabkan kekalahan pasar obligasi pada kuartal III, bank-bank di AS dapat bergulat dengan setidaknya US$ 650 miliar kerugian yang belum direalisasi dalam portofolio sekuritas mereka.
Baca Juga: Bank of America Proyeksikan Jual Surat Utang Senilai US$ 400 Miliar pada 2024 Jumlah tersebut 15% lebih besar dibandingkan dengan kerugian mereka di akhir kuartal II tahun 2023 yang tercatat sebesar US$ 558 miliar. Sebagai contoh, JPMorgan Chase mengalami kerugian yang belum direalisasi sebesar US$ 40 miliar dalam portofolio HTM nya di kuartal III tahun 2023, kemudian ada Citigroup yang juga alami kerugian di akhir kuartal II tahun 2023 sebesar US$ 24 miliar.
Profesor di Wharton School Universitas Pennsylvania, Allison Nicoletti mengatakan meskipun kepemilikan sekuritas merupakan hambatan ekonomi, namun kerugian yang belum direalisasikan bukan suatu masalah dari perspektif akuntansi. Nicolleti mengatakan jika lebih lama ditunggu, maka akan mendapatkan imbal hasil yang lebih besar dari obligasi. “Ini adalah kerugian di atas kertas, ini hanya menjadi masalah jika Anda harus menjualnya,” kata Nicoletti. Ketika bank-bank menerima deposito nasabah, mereka bisa memilih untuk menggunakan kelebihan uang tersebut dengan membeli obligasi yang mereka simpan untuk dijual berdasarkan harga pasar. Atau mereka dapat mengunci suku bunga untuk sekuritas yang disimpan sampai dengan jatuh tempo.
Editor: Herlina Kartika Dewi