Kerugian BRAU turun menjadi US$10,18 juta



JAKARTA. Kinerja PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) hingga 31 Maret lalu masih merah. Perusahaan tambang batubara ini masih membukukan rugi bersih senilai US$ 10,18 juta. Namun, nilai kerugian ini sudah berkurang dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang senilai US$ 32,19 juta. Penurunan rugi bersih tidak terlepas dari performa penjualan yang naik 8,25% dibandingkan periode yang saham 2013 lalu menjadi US$ 373,3 juta.Beban pokok penjualan yang ditanggung BRAU di kuartal pertama 2014 sejatinya naik lebih tinggi, yaitu 10,31% year-on-year (yoy) menjadi US$ 291,2 juta. Namun, hal itu terkompensasi oleh penurunan beban keuangan BRAU sebesar 31,02% yoy menjadi US$ 31,89 juta. Perbaikan kinerja keuangan sejatinya sejalan dengan performa operasional perusahaan. Di Januari-Maret 2014, produksi batubara BRAU naik 15% yoy menjadi 6,1 juta ton. Pun demikian dengan penjualan batubara BRAU yang juga tumbuh 15% yoy menjadi 6,3 juta ton. Performa produksi BRAU pun sejatinya kian efisien. Hal ini terbukti dari biaya produksi BRAU di Januari-Maret 2014 yang turun 4% yoy menjadi US$ 38 per ton. Sayangnya, BRAU masih menghadapi kendala dalam hal masih buruknya harga jual batubara.Di kuartal I 2014, harga jual rata-rata FOB BRAU turun 3% yoy menjadi US$ 58,4 per ton. Penurunan harga ini memang menjadi kendalan utama produsen batubara termasuk BRAU dalam 1,5 tahun terakhir. Tahun ini BRAU ingin menaikkan produksi batubara sebesar 10% menjadi 25,75 juta ton. Namun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hanya memberikan kuota produksi sebanyak 22,35 juta ton saja. Kuota tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi produksi batubara BRAU di 2013 yang tercatat 23,5 juta ton. Asal tahu saja, sebagai pemegang konsesi Perjanjian Karya Pengusahaan dan Pertambangan Batubara (PKP2B), kuota produksi BRAU memang ditetapkan langsung oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini Kementerian ESDM. Masalahnya, di tahun ini, pemerintah sudah mengumumkan pembatasan produksi batubara menjadi hanya 397 juta ton, turun 5,7% dibandingkan realisasi 2013 yang 421 juta ton. Dengan pembatasan produksi itu, pemerintah optimistis harga jual batubara di pasar domestik dan internasional bisa bangkit lagi. Terkait hal itu, Eko Santoso Budi, Presiden Direktur BRAU sebelumnya bilang, perusahaan akan tetap meminta Kementerian ESDM untuk menaikkan kuota produksi menjadi 25,75 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can