Kerugian Gangguan Penglihatan Sentuh US$ 2,8 Triliun, Begini Langkah Industri Farmasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hampir 2,2 miliar orang di dunia hidup dengan gangguan penglihatan. Lantaran kurangnya akses terhadap layanan perawatan mata sederhana, setidaknya setengah dari kondisi mereka belum ditangani atau belum dapat dicegah. Beban gangguan penglihatan semakin meningkat, dan kerugian langsungnya diperkirakan mencapai US$ 2,8 triliun pada tahun 2022.

Diabetic retinopathy dan neovascular age-related macular degeneration  nAMD menjadi dua penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan. Kondisi-kondisi ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bekerja, terlibat secara sosial dan hidup mandiri, sehingga menyebabkan depresi dan kecemasan. Hal ini juga meningkatkan tekanan pada sistem kesehatan dan memberikan beban besar pada perawat. Di Indonesia, terdapat sekitar 8 juta orang berusia di atas 50 tahun yang mengalami masalah gangguan penglihatan. Di antaranya, diperkirakan terdapat 700.000 pasien yang terdampak oleh nAMD dan diabetic macular edema (DME). "Penyebab utama gangguan penglihatan adalah kelainan refraksi, sedangkan penyebab utama kebutaan adalah katarak. Faktor degeneratif dan penyakit kronis juga merupakan risiko terjadinya penyakit mata lain seperti age-related macular degeneration (AMD) dan DME,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan,  Eva Susanti, Kamis (2/11).

Dampak gangguan penglihatan terhadap kualitas hidup dan produktivitas individu tidak dapat dianggap enteng. Maka, Roche Indonesia hari ini mengumumkan kehadiran injeksi mata faricimab untuk pengobatan nAMD dan DME, dua penyakit penyebab kehilangan penglihatan.


Baca Juga: Mengenal Hipoglikemia yang Menyerang Penderita Diabetes: Ini Gejala dan Penyebabnya

Faricimab adalah pengobatan pertama untuk nAMD dan DME di Indonesia. Sangat penting untuk memiliki pilihan dan strategi pengobatan yang dapat mengurangi beban frekuensi suntikan bagi pasien yang menderita penyakit mata yang bisa menyebabkan kebutaan. “Inovasi baru menggabungkan VEGF dan Ang-2 adalah secercah harapan bagi pasien,” imbuh dr  Elvioza, Dokter Spesialis Mata Konsultan Vitreoretina dan Direktur Layanan Vitreoretina, JEC Eye Hospitals & Clinics.menjelaskan.

Menurutnya, menggabungkan dua inhibitor dalam satu suntikan membuka jalan baru bagi pengobatan penyakit mata. Selain manfaat klinis, faricimab menawarkan daya tahan yang lebih lama, yang berarti lebih sedikit suntikan bagi pasien. Terobosan ini memungkinkan pasien mendapatkan suntikan dengan selang waktu 4 bulan setelah tahun  pertama, dibandingkan suntikan yang harus diberikan setiap sebulan sekali pada terapi yang sudah ada.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian