LONDON. Kerugian ekonomi Inggris akibat kasus fraud atau tindak kejahatan layanan perbankan melalui sistem elektronik mencapai £ 85,3 miliar per tahun atau sekitar Rp 1.500 triliun. Demikian hasil penelitian terbaru perusahaan akuntansi internasional BDO yang berbasis di Inggris seperti dilaporkan The Telegraph, Minggu (15/9). Nilai kerugian Inggris itu jauh lebih tinggi dari perkiraan resmi yang menyoroti dampak kasus fraud terhadap perekonomian Inggris.
BDO, firma akuntansi yang memiliki lebih dari 100 jaringan kantor di berbagai negara, menyebutkan bahwa aksi fraud menjadi sebuah tantangan dan masalah besar. Fraud bisa menyebabkan ketidakstabilan secara finansial dan keuntungan perusahaan. Aksi fraud sering kali menyasar lemahnya sistem keamanan layanan sebuah korporasi. Laporan BDO itu diterbitkan hanya beberapa hari setelah 12 pelaku fraud di Inggris ditangkap pihak kepolisian. Mereka diduga mencoba mengendalikan sistem komputer Bank Santander untuk mencuri jutaan poundsterling dari bank tersebut. BDO mengatakan, laporan tersebut merupakan salah satu studi yang paling rinci di dunia, yang menghitung total biaya kerugian akibat aksi fraud. Modus fraud Nilai kerugian fraud di Inggris dihitung dengan mempelajari data fraud dari seluruh dunia selama 15 tahun terakhir dan melihat persentase PDB dunia yang hilang karena kejahatan tersebut. Laporan itu menyebutkan, saat ini nilai PDB dunia yang hilang akibat fraud mencapai 5,47%. Angka ini naik 20% dibandingkan dengan persentase tahun 1997-2007 yang sebesar 4,57%. Jim Gee, Direktur pelayanan penindakan Fraud BDO, mengatakan, bentuk yang paling umum dari fraud biasanya pada pengadaan dan sistem pembayaran dalam kegiatan bisnis.
Contohnya, pemasok tidak memberikan layanan jasa dan barang setelah pelanggan melakukan pembayaran, atau perusahaan menaikkan harga secara sepihak (overcharge). Menurut Gee, perhitungan nilai fraud yang sebenarnya, telah menyajikan beberapa angka (kerugian) yang sangat menakutkan. Tindakan pencegahan bisa melakukan perbaikan yang sangat signifikan terhadap kesehatan keuangan dan stabilitas perusahaan di Inggris. “Krisis keuangan, di mana aksi fraud meningkat secara signifikan, telah jelas memberikan kondisi yang ideal untuk pertumbuhan aksih kejahatan ini,” kata Gee.
Editor: Dikky Setiawan