Kerugian Membengkak di Semester I-2023, Simak Prospek dan Rekomendasi Saham WIKA



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten konstruksi BUMN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mencatatkan kerugian bersih hingga Rp 1,88 triliun pada semester I 2023. Kerugian tersebut membengkak lebih dari 141 kali dibanding semester pertama 2022 yang hanya merugi Rp 13,32 miliar. Hal ini utamanya disebabkan oleh lonjakan beban pendanaan dan beban lain-lain.

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan, kerugian WIKA yang melonjak pada tahun ini disebabkan oleh terganggunya struktur permodalan perusahaan akibat pandemi Covid-19. Saat pandemi, terjadi pembatasan aktivitas masyarakat yang turut berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan global.

Dengan kondisi tersebut, proyek/aset yang seharusnya bisa menghasilkan pemasukan bagi perusahaan terganggu ataupun belum bisa beroperasi. Langkah divestasi aset pun terhambat karena kondisi maupun iklim investasi yang tidak kondusif.


Lebih lanjut, Valdy menilai, WIKA memerlukan upaya tambahan untuk memperbaiki struktur permodalan demi mempersiapkan perusahaan untuk pemenuhan investasi di masa yang akan datang. Mengingat, perolehan kontrak baru WIKA sampai dengan Juni 2023 lebih rendah dibanding pencapaian periode sama tahun lalu.

Baca Juga: Mandiri Setop Kredit ke Pegawai BUMN Karya, BNI Kaji Ulang Kredit ke Sektor Berisiko

Sepanjang semester I 2023, WIKA baru membukukan perolehan kontrak baru sebesar Rp 11,47 triliun atau setara 31,86% dari target kontrak baru tahun 2023 yang sebesar Rp 36 triliun. Bahkan, perolehan kontrak baru tersebut turun 16,88% dari perolehan kontrak baru pada periode yang sama tahun 2022.

Valdy melihat, salah satu upaya yang tengah dan telah dilakukan WIKA adalah divestasi anak usaha. “Penjualan anak usaha diharapkan dapat memperbaiki struktur permodalan perusahaan sehingga berpotensi menekan biaya pendanaan sekaligus memperkuat kemampuan perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan proyek di masa yang akan datang,” tutur Valdy saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (2/8).

Perbaikan kondisi ekonomi membuat aktivitas masyarakat semakin meningkat sehingga aset-aset yang dimiliki WIKA, terutama di sektor infrastruktur akan semakin menarik di mata investor. Valdy menilai, hal ini dapat mengakselerasi upaya divestasi WIKA.

Selain itu, WIKA juga mempunyai peluang untuk merestrukturisasi utangnya seiring dengan tren suku bunga acuan yang diprediksi mulai memasuki periode pelonggaran setidaknya di kuartal I-2024. WIKA juga berpeluang mendapatkan kontrak baru dari upaya percepatan penyelesaian proyek-proyek strategis nasional atau proyek infrastruktur yang sudah dicanangkan untuk tahun 2023.

Apalagi, tahun ini merupakan tahun terakhir kepemimpinan Presiden Joko Widodo sebelum ada pemilu presiden dan wakil presiden pada Februari 2024. Di sisi lain, potensi perubahan arah kebijakan, terutama terkait pembangunan infrastruktur di bawah pemerintahan yang baru ke depannya akan menjadi tantangan bagi WIKA.

Baca Juga: Penjualan Naik 29%, Rugi WIKA Membengkak 141 Kali

Dalam riset tanggal 2 Agustus 2023, Analis Ciptadana Sekuritas Arief Budiman menilai, perhatian para investor akhir-akhir ini tertuju pada ketidakmampuan WIKA untuk membayar kembali pinjamannya. WIKA mengajukan standstill atau penundaan pembayaran kewajiban pokok dan bunga kepada kreditur perbankan dan lembaga keuangan.

Hal ini dilakukan supaya WIKA dapat terlebih dahulu menyelesaikan proyek-proyek konstruksi existing dan melakukan pembayaran kepada utang-utang vendor/subkontraktor yang telah jatuh tempo.

Sebagian besar bank yang meminjamkan WIKA dikabarkan mengabulkan permintaan standstill WIKA selama enam bulan. Sembilan bank yang memegang sekitar 81% dari total pinjaman senilai Rp 28,7 triliun menyetujui pengajuan tersebut. Beberapa lainnya belum mencapai kesepakatan dan pembicaraan masih berlangsung.

Pemerintah juga berencana menyuntikkan modal segar senilai Rp 8 triliun ke WIKA pada tahun 2024. Sejauh ini, WIKA belum memiliki rencana untuk melakukan pengajuan restrukturisasi atau perpanjangan jatuh tempo pokok dan bunga obligasi dan sukuk.

Baca Juga: Wijaya Karya Bangunan (WEGE) Raih Kontrak Baru Senilai Rp 826 Miliar

Namun, Ciptadana Sekuritas khawatir terhadap saldo kas WIKA yang hanya sebesar Rp 1,8 triliun pada akhir Juni 2023, turun signifikan dari Rp 5,7 triliun pada akhir Desember 2022. “Sulitnya mendapatkan pinjaman baru memaksa WIKA untuk menggunakannya kas internal untuk pengadaan bahan baku proyek dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” tutur Arief.

Menyusul kehilangan laba yang besar pada semester I-2023, Ciptadana Sekuritas memperkirakan WIKA akan membukukan rugi bersih sebesar Rp 965 miliar pada 2023 dan Rp 441 miliar pada 2024. Sebelumnya, Ciptadana Sekuritas memprediksi WIKA bakal membukukan laba bersih Rp 111 miliar di 2023 dan Rp 155 miliar di 2024.

“Kami juga memangkas perkiraan kontrak baru 2023-2024 sebesar 11%-18% menjadi Rp 34-Rp 37 triliun dan memangkas prakiraan laba kerja sama operasi sebesar 78%-52% menjadi Rp 128-Rp 300 miliar,” kata Arief.

Dalam riset tanggal 18 April 2023, Analis BRI Danareksa Sekuritas Muhammad Naufal Yunas berasumsi bahwa pertumbuhan kontrak baru perusahaan konstruksi BUMN di tahun 2023 cenderung moderat, yakni 10% pada 2023 dan 5% pada 2024. Hal ini sejalan dengan Indonesia yang berada dalam tahun politik 2023-2024. Menurutnya, ketidakpastian kebijakan yang meliputi pemilihan umum kemungkinan memengaruhi para pemilik proyek dalam merilis kontrak proyeknya.

Baca Juga: Bank Mandiri Hentikan Penyaluran Kredit Ke Karyawan BUMN Karya, Ini Respons OJK

Namun, Naufal berasumsi bahwa burn-rate pada 2024 akan lebih tinggi karena ia meyakini bahwa kontraktor harus menyelesaikan proyek yang diprakarsai pemerintah sebelum akhir masa politik. Dengan demikian, total burn-rate untuk kontraktor BUMN diharapkan meningkat dari 22,8% di 2023 menjadi 25,4% di 2024.

Ciptadana Sekuritas merekomendasikan sell WIKA dengan target harga Rp 350 per saham. Pasalnya, investasi proyek infrastruktur terutama kereta api berkecepatan tinggi akan terus menyeret neraca keuangan WIKA dan pemulihan pendapatan serta arus kas diprediksi lambat.

Kemudian, BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan hold WIKA dengan target harga Rp 490 per saham. Pada perdagangan Rabu (2/8), harga WIKA terkoreksi 2,96% ke level Rp 408 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati