Kerugian Peretasan Kripto Melonjak 60% hingga Juli 2022, Nilainya US$ 1,9 Miliar



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perusahaan analisis blockchain Chainalysis menyebutkan, kerugian yang timbul dari aksi peretasan cryptocurrency kini tengah melonjak drastis, hingga membuat para investor Bitcoin merugi lebih dari 60% atau sekitar US$ 1,9 miliar terhitung sejak Januari hingga Juli 2022.

Sementara pada periode yang sama tahun lalu, dana yang dicuri dari peretasan berjumlah sekitar US$ 1,2 miliar.

Dilansir dari Reuters, menurut hasil laporan yang dirilis Chainalysis pada Selasa (16/8), pembengkakan kerugian ini terjadi setelah para peretas ramai melakukan pembobolan pada beberapa protokol keuangan terdesentralisasi (DeFi). 


Salah satunya di aplikasi blockchain Ethereum, yaitu platform keuangan yang memungkinkan pinjaman dalam mata uang kripto di luar bank tradisional.

Baca Juga: Banyak Sentimen Negatif, Simak Prospek Aset Kripto

Chainalysis mencatat bahwa tren kerugian ini tidak akan berbalik dalam waktu dekat. Artinya, jumlah nilai kerugian kemungkinan akan terus bertambah.

"Protokol DeFi secara unik rentan terhadap peretasan, kode yang mudah diakses membuat penjahat dunia maya dengan mudah melakukan eksploitasi dengan cepat yang tentunya menyimpang dalam praktik terbaik keamanan," kata Chainalysis.

Chainalysis memperkirakan bahwa sejauh ini, kelompok yang berafiliasi dengan Korea Utara yang menjadi dalang utama dibalik aksi pembobolan cryptocurrency selama beberapa bulan terakhir, terutama unit peretas elit seperti Lazarus Group.

Belum diketahui berapa jumlah aset kripto yang berhasil digasak para peretas tersebut, namun menurut data dari Reuters Lazarus Group telah mencuri aset kripto lebih dari US$ 1 miliar cryptocurrency dari protokol DeFi selama dua kuartal di tahun 2022.

Sehubungan dengan penipuan crypto, perusahaan intelijen blockchain melihat penurunan tajam 65% hingga Juli, sejalan dengan penurunan harga aset digital. Total pendapatan scam hingga Juli juga hanya mencapai US$1,6 miliar, turun 65% dari sekitar US$ 4,46 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

“Penipuan menurun terutama karena penurunan harga kripto. Selain itu, karena banyaknya penegakan hukum yang menang melawan scammer dan solusi produk yang dapat digunakan bursa untuk melawan penipuan,” kata Kim Grauer, direktur penelitian Chainalysis.

Meningkatnya peretasan kripto lantas membuat kapitalisasi pasar cryptocurrency pada pekan lalu hanya mencapai US$ 1,1 triliun, menurut pantauan CoinGecko seluruh mata uang kripto telah jatuh lebih dari 50% dari kapitalisme di awal tahun dimana saat itu volume pasar kripto dipatok US$ 2,35 triliun.

Harga Bitcoin dalam beberapa bulan terakhir ini juga terpantau merosot sekitar 48%, berkisar antara US$20.000 hingga US$24.000.

Selain peretasan, adanya aksi penipuan yang menawarkan koin atau token kripto palsu pada para investor kripto juga menjadi faktor pendukung melonjaknya kerugian investor pada kepemilikan aset digital.

Baca Juga: Rilis Data Inflasi AS Akan Jadi Penentu Arah Aset Kripto

Dalam satu tahun terakhir setidaknya sudah ada 244 investor kripto yang terjerat kasus penipuan hingga mereka merugi  US$ 42,7 juta.

Namun imbas dari adanya bear market yang menimpa pasar kripto selama beberapa bulan belakangan, kini aksi penipuan kripto perlahan mulai mengalami penyusutan. Hal tersebut menunjukkan bahwa lebih sedikit orang yang jatuh ke dalam penipuan cryptocurrency.

“Salah satu alasannya adalah karena harga aset turun, penipuan cryptocurrency yang biasanya menampilkan diri sebagai peluang investasi dengan pengembalian dana yang dijanjikan besar, kini kurang menarik bagi para calon korban," kata Chainalysis.

Editor: Herlina Kartika Dewi