Kerusuhan di Mesir berimbas pada rontoknya saham di 45 negara



NEWYORK. Harga saham di berbagai belahan dunia pada hari Jumat (28/1) merosot paling tajam sejak November 2010. Harga minyak yang terus melambung sejak 2009 serta penguatan mata uang dollar terhadap euro setelah unjuk rasa rakyat Mesir menuntut turunnya rezim Presiden Hosni Mubarak menjadi pemicu luruhnya harga-harga saham.Indeks saham MSCI di New York menunjukkan saham di 45 negara turun 1,4% pada pukul 4:59 waktu setempat. Indeks Dow Jones Industrial Average longsor 1,4% ke angka 11.823,70. Turunnya indeks Jow Jones ini menghambat pencapaian keuntungan terpanjang periode mingguan sejak 1995. Sementara harga minyak mentah naik 4,3% menjadi US$ 89,34 per barel. Mata uang dollar menguat 0,9% menjadi US$ 1.3611. Imbal hasil obligasi di Mesir yang jatuh tempo pada 2020 meningkat 22 basis poin menjadi 6,51%. Serta harga emas melonjak 1,7% dan mencetak rekor tertinggi dalam 12 minggu.Bentrokan antara demonstran dan polisi di seluruh Mesir yang terjadi sejak siang berlanjut sampai sepanjang malam. Para demonstran membakar gedung dan bangunan. Presiden Mubarak sampai memberlakukan jam malam setelah puluhan ribu pengunjuk rasa meneriakkan "kebebasan" dan "perubahan" terhadap pemerintah yang dipimpin Mubarak. "Kerusuhan di Mesir menjadi perhatian banyak orang. Ada kekhawitar kerusuhan ini akan menyebar dan akan menjadi implikasi negatif bagi dunia," ujar Mark Bronzo pengelola aset Security Global Investor di New York.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini