Kesehatan membaik, Intan Baruprana (IBFN) siap genjot pembiayaan tahun depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca mengalami guncangan yang cukup berat di sepanjang tahun 2018 dan melewati masa krisis setelah berhasil melakukan perdamaian dengan kreditur terkiat sidang penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU), PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN) langsung tancap gas untuk kembali menyalurkan pembiayaan dan bangkit di 2019.

Direktur Utama IBFN Dina Carolina mengatakan, IBFN memang sudah melewati masa guncangan yang cukup berat di tahun 2018, itu sebabkan oleh penurunan pada industri batubara yang cukup dalam di medio 2017-2018.

Jika melihat sektor penyaluran pembiayaan, perusahaan multifinance ini mayoritas menyalurkan ke sektor pembiayaan alat berat pertambangan sebesar 43%.


“Upaya penyelamatan kami berhasil dari perdamaian PKPU pada April 2018 serta suntikan dana segar untuk memperkuat permodalan sebesar Rp 77 miliar pada aksi rights issue kemarin,” ujar Dina saat ditemui di acara paparan publik tahunan, Kamis (20/12).

Ditemui di tempat yang sama, Direktur IBFN Kurniawan Saktiaji mengatakan di sepanjang tahun 2018 ini realisasi pembiayaan IBFN mencapai Rp 100 miliar. Fokus pembiayaan ada dua yakni untuk pembiayaan investasi dan modal kerja dengan masing-masing tenor dua tahun dan dibawah dua tahun.

“Fokus masih akan ke alat berat sektor pertambangan karena secara industri, energi masih akan berprospek baik di tahun 2019. Selain itu potensi besar juga ada dari induk usaha Grup PT Intraco Penta Tbk,” ujar Kurniawan.

Asal tahu saja, PT Intraco Penta Tbk (INTA) adalah induk usaha yang memiliki lini bisnis di penjualan alat berat. Di tahun 2018 ini penjualan alat berat INTA dapat mencapai Rp 2,5 triliun.

“Dengan adanya fresh money tersebut kami yakin di 2019 perusahaan dapat terus menyalurkan pembiayaan hingga Rp 200 miliar karena potensi sangat besar,” ujar Dina.

Sekadar informasi rasio keungan IBFN secara bertahap sudah membaik tercermin dari rasio permodalan yang naik menjadi 16% per 30 Septermber 2018 dari Desember 2017 9% dan rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) turun menjadi 65% di periode yang sama dari Desember 2017 sebesar 71%.

Selain itu diharapkan pada tahun 2020 perusahaan sudah bisa mendulang laba. Sekadar informasi pada kuartal III-2018 perusahaan tercatat masih dalam kondisi merugi Rp 78,39 miliar, ini membaik jika dibandingkan dengan 31 Desember 2017 sebesar Rp 215,19 miliar. Perbaikan terjadi karena rasio pembiayaan yang terus membaik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi