Kesenjangan ekonomi terlihat dari simpanan di bank



JAKARTA. Pengamat perbankan, David Sumual bilang, industri perbankan tak bisa dipersalahkan jika inklusi finansial selama ini jauh dari optimal dan dominasi nasabah besar terus terjadi. Kondisi ini tak lepas dari kesenjangan ekonomi antar wilayah yang belum bisa diatasi.

Menurut David, data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per November 2013 lalu menunjukkan hal penting. Dimana hanya 0,12% rekening dari total rekening milik kalangan nasabah besar diatas Rp 2 miliar namun mampu menguasai 53,74% dari total besaran dana simpanan masyarakat Rp 3.556,41 triliun. "Ini secara tak langsung menunjukkan perbankan kita masih didominasi nasabah besar, baik individu maupun korporasi," kata David saat dihubungi KONTAN, beberapa waktu lalu.Bank umumnya dalam mengembangkan bisnisnya hanya mengingikuti tren perkembangan kegiatan ekonomi di daerah tersebut. Apabila sebuah daerah semakin ramai dan maju kegiatan ekonominya, bank akan melihat itu sebagai peluang bisnis dengan membuka kantor cabang baru. Demikian pula sebaliknya."Faktanya peredaran uang dan kegiatan ekonomi terbanyak masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, khususnya di Jabodetabek," imbuh David. Kondisi geografis Indonesia yang amat luas dan berbentuk kepulauan, turut menyulitkan perbankan untuk menyentuh masyarakat yang tinggal di berbagai pelosok.Memang, sudah ada inovasi layanan perbankan, misalnya bank tanpa kantor dengan nomor telepon sebagai nomor rekening. Namun, secara keseluruhan penguatan financial inclusion tak bisa mengandalkan pelaku jasa keuangan seperti perbankan semata, namun juga regulator atau pemerintah."Disparitas ekonomi antar daerah harus diatasi. Pemerintah harus menekankan pembangunaan infrastruktur secara merata. Jika kegiatan ekonomi mulai ramai dan menyebar ke berbagai daerah lain, saya kira bank-bank secara alami akan mengikuti penyebaran operasionalnya," pungkas David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Sanny Cicilia