Kesepakatan dagang antara Uni Eropa dan China dinilai sulit untuk terwujud



KONTAN.CO.ID - BRUSSEL. Kesepakatan perdagangan antara China dan Uni Eropa dinilai akan sulit tersebut. Hal ini setelah China disebut enggan memberikan komitmen bagi Uni Eropa atas akses ke pasarnya.

Dilansir dari AFP, seorang sumber dari pihak Uni Eropa menyebut keengganan China tersebut telah menyulitkan kedua pihak untuk bisa menyetujui pernyataan bersama dalam pertemuan tingkat tinggi yang kan digelar pada pekan depan.

Para pemimpin Uni Eropa akan melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri China Le Keqiang di Brussel pada hari Selasa pekan depan. Namun tampaknya tidak akan ada deklarasi bersama pada pertemuan tersebut.


Padahal, kesepakan tersebut sangat diharapkan bisa menjadi terobosan atas kompleksnya hubungan antara Eropa dan raksasa ekonomi dari Asia tersebut.

Uni Eropa berupaya membangun titik-titik konvergensi dengan Cina yang merupakan mitra dagang terbesar kedua dari kawasan tersebut. Tetapi blok tersebut memiliki keraguan mendalam tentang proteksionisme, praktik perdagangan, dan catatan hak asasi manusia yang dimiliki Beijing.

Sumber tersebut bilang Presiden Dewan Uni Eropa Donald Tusk mengatakan kepada negara-negara anggotanya  bahwa mereka harus menolak rancangan pernyataan KTT tersebut.

"Hal ini mengingat bahwa China belum memenuhi harapan dan tuntutan utama Uni Eropa, termasuk memastikan akses pasar dan medan permainan yang setara bagi perusahaan-perusahaan Eropa yang beroperasi di negara tersebut," katanya.

Sang sumber juga mengeluhkan kurangnya komitmen dari China untuk melakukan reformasi yang digulirkan WTO mencakup subsidi industri.

Seorang diplomat senior Uni Eropa lain juga mengonfirmasi bahwa pembicaraan untuk menyetujui pernyataan bersama telah gagal karena masalah akses pasar dan reformasi WTO. "Ini bukan pertanda baik dan sekarang sudah menjadi beban serius bagi KTT ini," kata diplomat tersebut.

Menjelang KTT, Komisi Eropa pada bulan lalu menyebut China sebagai saingan sistemik dan mengajukan rencana yang mengusulkan hubungan yang lebih tegas dengan Beijing.

Di antara risiko lain, komisi memperingatkan tentang efek distorsi subsidi Beijing untuk kelompok industri pada blok tersebut. Di mana perusahaan-perusahaan dari Eropa dipaksa untuk mentransfer teknologi ke perusahaan di China.

Ada juga kekhawatiran yang berkembang tentang peran raksasa telekomunikasi China Huawei dalam membangun infrastruktur 5G di Eropa. Terlebih setelah Washington memperingatkan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko keamanan bagi negara Barat.

Editor: Tendi Mahadi