HONGKONG. Hari ini (25/10), posisi dollar kian melemah. Keoknya si hijau terjadi setelah pertemuan negara-negara yang tergabung dalam kelompok G20 menghasilkan sejumlah kesepakatan mengenai transaksi mata uang. Ada beberapa poin yang menjadi inti keputusan pertemuan G20. Salah satunya, negara-negara G20 berkomitmen untuk menjaga tingkat devaluasi mata uang yang kompetitif dengan tujuan meredam kecemasan pasar akan perang mata uang. Asal tahu saja, belakangan, sejumlah negara dunia ramai-ramai menekan laju penguatan mata uangnya untuk meningkatkan ekspornya. Kendati begitu, sejumlah analis menilai, keputusan yang diambil di Gyeongju tersebut dipercaya tak akan banyak berpengaruh pada pasar mata uang. Strategist UBS AG dan Westpac banking Corp menilai, keputusan itu tak akan menahan laju pelemahan dollar atau menghentikan penguatan yuan. Itu sebabnya, investor memilih untuk menunggu hasil keputusan pertemuan the Federal Reserve yang berlangsung minggu depan. Pasar menantikan apakah the Fed akan melakukan pembelian kembali surat utang pemerintah AS (quantitative easing), yang bakal membantu penguatan dollar. Pendapat analis tersebut sepertinya benar. Terbukti, hari ini, dollar AS melemah atas sejumlah mata uang dunia. Pada pukul 12.04 waktu Tokyo, dolar melemah 0,6% terhadap euro menjadi US$ 1,4032. Dollar juga keok atas yen dan diperdagangkan di posisi 81,07. "Ketegangan kemungkinan akan berkurang dalam jangka pendek. Namun, pada jangka panjang, masih ada ketidakseimbangan," jelas Masoor Mohi-uddin, head of global currency strategist UBS.
Kesepakatan G20 tak berdampak di pasar mata uang
HONGKONG. Hari ini (25/10), posisi dollar kian melemah. Keoknya si hijau terjadi setelah pertemuan negara-negara yang tergabung dalam kelompok G20 menghasilkan sejumlah kesepakatan mengenai transaksi mata uang. Ada beberapa poin yang menjadi inti keputusan pertemuan G20. Salah satunya, negara-negara G20 berkomitmen untuk menjaga tingkat devaluasi mata uang yang kompetitif dengan tujuan meredam kecemasan pasar akan perang mata uang. Asal tahu saja, belakangan, sejumlah negara dunia ramai-ramai menekan laju penguatan mata uangnya untuk meningkatkan ekspornya. Kendati begitu, sejumlah analis menilai, keputusan yang diambil di Gyeongju tersebut dipercaya tak akan banyak berpengaruh pada pasar mata uang. Strategist UBS AG dan Westpac banking Corp menilai, keputusan itu tak akan menahan laju pelemahan dollar atau menghentikan penguatan yuan. Itu sebabnya, investor memilih untuk menunggu hasil keputusan pertemuan the Federal Reserve yang berlangsung minggu depan. Pasar menantikan apakah the Fed akan melakukan pembelian kembali surat utang pemerintah AS (quantitative easing), yang bakal membantu penguatan dollar. Pendapat analis tersebut sepertinya benar. Terbukti, hari ini, dollar AS melemah atas sejumlah mata uang dunia. Pada pukul 12.04 waktu Tokyo, dolar melemah 0,6% terhadap euro menjadi US$ 1,4032. Dollar juga keok atas yen dan diperdagangkan di posisi 81,07. "Ketegangan kemungkinan akan berkurang dalam jangka pendek. Namun, pada jangka panjang, masih ada ketidakseimbangan," jelas Masoor Mohi-uddin, head of global currency strategist UBS.