Kesepakatan Kredit Sindikasi Tembus Rp 418 Triliun, Ini Sektor yang Mendominasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesepakatan kredit sindikasi tahun 2022 semakin moncer. Investasi sektor industri tampaknya sudah kian meningkat terutama di sektor komoditas.

Berdasarkan Bloomberg League Table Reports dari sisi mandated lead arranger, Kredit sindikasi sejak awal tahun hingga 28 Desember 2022 telah mencapai US$ 26,65 miliar yang mencakup 65 kesepakatan. Itu setara Rp 418 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.700. Capaian tersebut meningkat 16,3% dari periode yang sama tahun lalu.

Meski secara nilai lebih banyak, namun dari sisi jumlah proyek sindikasi masih lebih rendah. Pada posisi yang sama 2021, jumlah kesepakatan sindikasi itu mencapai 74 proyek.


Perusahaan-perusahaan yang mendapatkan kredit sindikasi didominasi sektor komoditas, termasuk ekosistem industri baterai, keuangan, jalan tol, serta telekomunikasi.

Kesepakatan kredit sindikasi yang berasal dari perusahaan terkait komoditas, mulai dari energi dan gas, tambang, perkebunan, hingga industri baterai, mencapai US$ 19,05 miliar atau 71,6% dari total sindikasi.

Sementara kesepakatan kredit sindikasi dari sektor keuangan mencapai US$ 3 miliar, jalan tol US$ 1,73 miliar, serta dari telekomunikasi dan data center mencapai US$ 1,5 miliar.

Baca Juga: Bank Muamalat Fasilitasi Pembayaran Iuran BPJS Ketenagakerjaan Lewat Platform Digital

Bank Mandiri tercatat jawara kredit sindikasi tahun ini dimana partisipasi nya di 26 kesepakatan mencapai US$ 2,94 miliar atau menyumbang 11,05% terhadap total kredit sindikasi. Kendati begitu, capaian itu masih lebih rendah dari posisi yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 4,56 miliar.

Bank Negara Indonesia (BNI) ada di urutan kedua dengan partisipasi dalam 16 kesepakatan senilai US$ 2,16 miliar tetapi masih lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai US$ 3,6 miliar.

Posisi ketiga diraih  DBS Group dengan partisipasi senilai US$ 1,27 miliar, UOB US$ 1,2 miliar, OCBC US$ 1,05 miliar. Selanjutnya dan BRI dengan partisipasi US$ 1,08 miliar di enam proyek atau turun dari US$ 1,4 miliar tahun lalu.

BCA berkontribusi US$ 1,01 miliar dalam 12 proyek, turun dari US$ 1,22 miliar, CIMB Niaga menyumbang US$ 970,5 juta dalam 15 proyek, dan BSI berpartisipasi senilai US$ 607,3 juta dalam 8 proyek

BRI melihat prospek pembiayaan sindikasi tahun 2023 akan meningkat seiring dengan respons pasar yang positif, optimisme, serta kepercayaan para Investor bahwa ekonomi Indonesia akan stabil dan bertumbuh.

"Prospeknya masih sangat menjanjikan dengan beberapa on going deal yang masih berproses dengan iklim investasi yang menunjang serta dukungan Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi," kata Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI pada KONTAN, Rabu (28/12).

Partisipasi BRI dalam sindikasi tahun depan diperkirakan sejalan dengan proyeksi kredit korporasi yang ditargetkan tumbuh 3%-4%

Baca Juga: Kinerja Bank Konvensional Versus Bank Digital, Mana yang Lebih Ciamik?

Aestika bilang, sektor Energi, perkebunan, industri pengolahan, dan pertambangan masih mendominasi untuk dibiayai melalui skema sindikasi. Saat ini, BRI memiliki pipeline sindikasi di sektor-sektor itu senilai US$ 420 juta atau sekitar Rp 6,4 triliun.

BCA berkomitmen mendukung pengembangan infrastruktur di Indonesia tahun depan dengan menyalurkan kredit sindikasi di proyek-proyek strategis nasional seperti infrastruktur jalan tol, konstruksi, dan kelistrikan.

Hera F Haryn, EVP Sekretariat dan Komunikasi Perusahaan BCA mengungkapkan, kredit sindikasi yang diikuti BCA hingga 28 Desember mencapai Rp 127 triliun. Perseroan berpartisipasi sebesar Rp 25 triliun

"Kami melihat prospek kredit sindikasi hingga akhir tahun akan lebih baik mengingat banyaknya permintaan untuk refinancing dan permintaan baru," ujarnya.

Hingga saat ini, ada beberapa pipeline sindikasi yang ditangani BCA di bidang infrastruktur, pertambangan, energi, properti, agribisnis, dan telekomunikasi.

 
BBRI Chart by TradingView

Kredit sindikasi untuk sektor energi disalurkan ke Medco Global Pte ltd US$ 450 juta, Pertamina US$ 2,7 miliar, Medco daya Pratama US$ 380 juta, PLN US$ 2,61 miliar, Harum Energy US$ 390 juta, Aaa Oils & Fats US$ 718,46 juta, dan Pertamina Hulu Energi  US$ 2,5 miliar.

Sementara dari ekosistem industri baterai, kredit sindikasi diberikan ke PT Amman Mineral Nusa Tenggara  US$ 1 miliar, Bumi Mineral Sulawesi US$ 127,74 juta, Halmahera Jaya Feronikel US$ 530 juta, Ceria Metalindo Prima US$ 277,69 juta, Amman Mineral Industri  US$ 1.350 juta, dan HLI Power 711 juta.

Di sektor tambang, pembiayaan sindikasi diberikan ke PT Dian Swastika Sentosa Tbk US$ 150 juta, Saptaindra Sejati US$ 350 juta, Freeport Indonesia US$ 3 miliar, Bumi Suksesindo  US$ 60 juta, PT Merdeka Cooper  Gold  US$ 100 juta, Merdeka Tsingshan Indonesia US$ 260 juta, Hamparan logistik  Nusantara US$ 300 juta, dan Saptaindra Sejati US$ 350 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari