Kesepakatan Tarif RI–AS Tersendat, Ini Nasib Impor Migas RI dari AS Menurut ESDM



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana impor minyak dan gas bumi (migas) Indonesia dari Amerika Serikat (AS) dipertanyakan, setelah proses negosiasi tarif resiprokal kedua negara dikabarkan tersendat. Meski begitu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan komitmen impor migas dari AS tetap diupayakan berjalan.

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, proses negosiasi tarif dagang sepenuhnya dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Ia memastikan, ESDM tetap berada pada posisi mendukung komitmen yang sudah disepakati sebelumnya.

"Ya ini kan lagi dikoordinasikan sama Kemenko Perekonomian. Jadi nanti Kemenko Perekonomian akan mengajak duduk bersama seluruh Kementerian/Lembaga terkait, ya termasuk ESDM. Tapi kami dari ESDM itu tetap apa yang sudah dikomitmenkan untuk kita impor dari AS itu tetap akan kita upayakan," ujar Yuliot di kantor Kementerian ESDM, Jumat (12/12/2025).


Baca Juga: Indonesia Siap Teken Kesepakatan Perdagangan Bebas dengan Uni Ekonomi Eurasia

Sikap serupa sebelumnya disampaikan Direktur Jenderal Migas ESDM Laode Sulaeman. Ia menegaskan kementerian tidak terlibat langsung dalam negosiasi dagang dengan AS. ESDM, kata dia, hanya menindaklanjuti keputusan teknis yang nantinya ditetapkan pemerintah.

“Itu pembahasannya di Kemenko Perekonomian. Jadi di sana yang membahas proses resiprokalnya. Kalau kita di Kementerian ESDM, pada dasarnya badan usaha siap saja kalau sudah diambil keputusan,” kata Laode di Jakarta Pusat, Rabu (10/12).

Laode menuturkan, impor migas merupakan aktivitas rutin bagi badan usaha migas dalam negeri. Hanya saja, dalam rencana kerja sama terbaru, sebagian volume akan diarahkan untuk dipasok dari AS. “Tinggal hitung-hitungannya saja sebenarnya berapa volume yang mau diinginkan,” katanya

Sebelumnya, wacana mandeknya kesepakatan dagang RI–AS kembali mencuat setelah muncul laporan Perjanjian Dagang AS–Indonesia yang dicapai pada Juli 2025 berisiko gagal. Indonesia disebut mengingkari beberapa komitmen yang disepakati, sehingga negosiasi tarif resiprokal ikut terhambat.

Meski proses di tingkat dagang masih penuh ketidakpastian, ESDM menegaskan badan usaha migas tetap siap menjalankan keputusan pemerintah. Dengan begitu, arah impor migas dari AS kini menunggu kepastian dari Kemenko Perekonomian yang memimpin perundingan.

Baca Juga: Organda Kritik Pembatasan Truk Sumbu 3 Selama 11 Hari Saat Nataru

Untuk diketahui, komoditas energi sejauh ini masuk dalam komoditas utama impor Indonesia dari AS sebagai balasan atas turunnya tarif resiprokal, dari yang sebelumnya 32% menjadi 19%. Dengan nilai impor hampir US$ 15 miliar atau setara dengan Rp 243 triliun. 

Selanjutnya: Jadwal Liga Inggris 2025-2026 Pekan 16, Prediksi Laga Chelsea vs Everton

Menarik Dibaca: Nonton Netflix Tanpa Kuota Internet, Begini Cara Download Tayangan Gratisnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News