Keseruan diplomasi Sukhoi TNI dan Polri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Empat perwira bintang empat melangkah gagah di Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (20/12) pagi.

Mereka mengenakan pakaian yang sama, yakni seragam penerbang TNI Angkatan Udara. Kacamata hitam menambah kesan gagah dan keren dari keempatnya.

Kameraman dan fotografer berebutan mengabadikan momen kebersamaan mereka. Setelah sesi foto bersama usai, keempatnya masing-masing langsung menuju pesawat Sukhoi SU-30 yang sudah disiapkan.


Keempat pesawat itu didatangkan dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar khusus untuk ditumpangi oleh empat perwira bintang empat.

Keempat perwira itu itu tak lain adalah Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri (pol) Jenderal Tito Karnavian, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Mulyono dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Ade Supandi.

Ceritanya, Marsekal Hadi yang saat ini masih merangkap sebagai KSAU hendak memberikan Brevet Wings TNI AU kepada Kapolri, KSAD dan KSAL.

Namun sebelum tanda penerbang kehormatan itu disematkan, Marsekal Hadi memberikan tantangan terlebih dahulu untuk terbang dengan Sukhoi. Dengan begitu, Kapolri, KSAD dan KSAU bisa merasakan sensasi menjadi penerbang TNI AU.

"Dikerjain" Panglima

Tak hanya terbang biasa, selama 30 menit di udara, keempat Sukhoi itu melakukan manuver dengan membentuk sejumlah formasi.

"Saya yakin Kapolri, KSAD dan KSAL merasakan sensasi terbang dengan Sukhoi," kata Hadi Tjahjanto setelah mendarat.

Menurut Hadi, sensasi yang paling menegangkan justru terjadi saat proses pesawat akan mendarat. Sebab, proses pendaratan keempat pesawat milik TNI AU itu dengan menggunakan drag chute.

"Saya yakin beliau bertiga tidak expect kalau ngerem-nya pesawat menggunakan drag chute. Sehingga semuanya saya yakin, bertiga kaget semua," kata Hadi sambil tertawa.

Drag Chute merupakan salah satu komponen yang ada di pesawat-pesawat tempur, berbentuk payung, dan terletak di ekor pesawat. Fungsinya untuk menurunkan laju pesawat sesudah mendarat.

"Itu lah yang memang saya sampaikan ke pilot agar tidak usah dikasih tahu nanti kalau nge-break menggunakan drag chute. Biar bisa merasakan sensasinya," ujar mantan KSAU ini.

Dari Nyaman hingga Pusing

Tito Karnavian mengatakan, awalnya ia sangat menikmati pengalaman pertamanya terbang dengan jet tempur. Ia mengibaratkan pesawat Sukhoi dengan mobil mewah Mercedes Benz.

"Kecepatannya kalau tidak dimanuver, nyantai saja, dia seperti naik Mercy ya. Kalau naik komersial kira-kira naik kijang," kata Tito.

Namun, Tito akhirnya merasa pusing setelah pilot dari TNI AU yang membawa pesawatnya melakukan sejumlah manuver di udara. Untungnya, Tito tidak sampai muntah di pesawat.

"Setelah dibawa manuver, belok kanan kiri ke atas ke bawah, kepala pusing juga. Tapi mungkin Pak Panglima TNI tidak pusing, kalau saya pusing dikit. Biasa nangkep maling sekarang di ajak naik pesawat," kata Tito.

"Untung saja tidak bawa kantong plastik," seloroh mantan Kapolda Metro Jaya ini.

Tito pun mengaku bangga bisa menjajal langsung pesawat Sukhoi yang merupakan kebanggan Indonesia. Apalagi ia naik pesawat ini bersama Panglima TNI, KSAD dan KSAL.

"Saya merasa sangat beruntung karena kalau enggak jadi Kapolri, mungkin saya enggak terbang naik Sukhoi, pesawat salah satu yang tercanggih di dunia dan dimiliki Indonesia," ujarnya.

Diplomasi Kopi

Pemberian Brevet Wings serta terbang dengan Sukhoi ini diharapkan tidak menjadi acara seremonial biasa. Hadi berharap, kegiatan ini dapat menumbuhkan soliditas TNI dan Polri.

"Tujuan besarnya adalah kita menunjukkan bahwa soliditas TNI-Polri yang kita bina selama ini, kita pertahankan dan akan semakin kuat," ujar Hadi.

Hal serupa disampaikan Tito Karnavian. Tito berharap soliditas TNI dan Polri di level atasan bisa diikuti oleh seluruh jajaran sampai di tingkat yang paling bawah.

"Saya harap kebersamaan ini juga akan mewarnai di jajaran TNI dan Polri untuk tetap kompak di masa mendatang, karena TNI dan Polri dua pilar yang paling utama dalam peran menjaga NKRI," ucap Tito.

Sejak dilantik sebagai Panglima TNI oleh Presiden Joko Widodo, Sabtu (8/12) lalu, Marsekal Hadi Tjahjanto memang langsung intens berkomunikasi dengan Kapolri.

Tiga hari menjabat, Hadi langsung menerima kunjungan Tito bersama sejumlah pejabat tinggi Polri di Markas Besar TNI, Cilangkap.

Menurut Hadi, pertemuan tersebut harus tetap dilakukan untuk menjaga soliditas TNI-Polri, mulai dari tingkat pimpinan hingga seluruh satuan wilayah.

"Hal seperti ini yang benar-benar saya idam-idamkan. Pertemuan seperti ini harus kita lakukan setiap ada kesempatan, bukan hanya sekadar seremonial saja. Kita harapkan sampai menyentuh ke bawah," ujar Hadi, saat memberikan sambutan.

Pada kesempatan itu, Hadi menawarkan kepada Tito untuk melakukan pertemuan lanjutan sambil menikmati kopi di atas KRI Bima Suci milik TNI AL atau pesawat Hercules VVIP milik TNI AU.

Hadi menyebut pertemuan lanjutan itu sebagai "diplomasi kopi". (Ihsanuddin)

Artikel ini sudah tayang di Kompas.com, berjudul: Diplomasi Sukhoi Panglima TNI-Kapolri...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie