Kesiapan infrastruktur di Indonesia jadi ganjalan relokasi pabrik dari Jepang



JAKARTA. Jepang kemungkinan akan merelokasi pabriknya ke sejumlah negara, termasuk Indonesia pasca gempa dan tsunami yang melanda negara mereka pada 11 Maret 2011 lalu. Staf Khusus Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Dedi Masykur Riyadi berpendapat, potensi pengusaha Jepang untuk merelokasi pabrik ke Indonesia sangat terbuka lebar. Hanya saja, apakah infrastruktur di Indonesia siap untuk itu. Mengingat iklim kompetisi antar negara-negara di kawasan Asia semakin tinggi seperti Taiwan, Malaysia, dan Vietnam, seharusnya peluang ini bisa dimanfaatkan dengan baik. Wilayah yang berpotensi dikembangkan dan bisa dimanfaatkan yakni wilayah timur Indonesia dengan konsep koridor ekonomi. Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Suryo Bambang Sulisto menilai, dengan dipindahkannya pabrik-pabrik tersebut akan mendorong penciptaan lapangan pekerjaan yang lebih luas, memperkuat kinerja ekspor keluar negeri, dan transfer teknologi dari Jepang yang diakui lebih maju. “Kita harus tanggap dengan kemungkinan itu dan berusaha meyakinkan mereka untuk mau merelokasi pabriknya ke Indonesia,” katanya.Kadin menyatakan kesiapannya mendukung dan mendorong jika pengusaha Jepang berniat merelokasi pabrik mereka ke Indonesia. "Kita harus siapkan stimulus, insentif untuk di daerah timur, kalau tidak mereka akan tetap pilih jawa,” tegasnya.Suryo pun menegaskan, pembangunan infrastruktur pendukung tetap harus diperhatikan. Sebab dia meyakini bahwa mempercepat pembangunan infrastruktur sebagai salah satu bagian dari stimulus bagi para investor. Insentif lain yang diakui bisa menarik minat pengusaha Jepang tidak hanya tax holiday saja, tapi juga insentif moneter semisal suku bunga.Pengamat Ekonomi Purbaya Yudhi Sadewa menilai, meski berpeluang, namun relokasi tersebut tidak akan dilakukan dalam waktu dekat ini. Bahkan, ia menilai terlalu dini bagi Jepang jika langsung berniat melakukan relokasi industri. “Ada beberapa hal yang perlu dicermati dan dibenahi lebih dahulu seperti kesiapan infrastruktur dan iklim investasi yang baik,” tandas Purbaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini