KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Simak arti istilah
Silent Majority yang muncul di media sosial. Pasca Pemilu 2024, banyak istilah yang muncul sebagai respon masyarakat terhadap hasil sementara dan diskusi panjang pesta demokrasi Indonesia tersebut. Salah satu kata yang muncul di media sosial Pasca Pemilu 2024 adalah "Silent Majority". Tentu ini menjadi pertanyaan baru kenapa banyak orang menggunakan kata tersebut. "Silent majority" memiliki arti istilah yang merujuk pada sebagian besar orang dalam suatu masyarakat yang memiliki pandangan atau pendapat tertentu, tetapi cenderung tidak menyuarakannya secara terbuka atau publik.
Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan kelompok mayoritas yang diam atau tidak aktif secara politik atau tidak terlibat dalam diskusi umum.
Baca Juga: Apa itu Exit Poll dalam Pemilu? Pengertian, Tujuan, dan Perbedaan dengan Quick Count Sejarah Silent Majority
Melansir dari
Study.com, konsep ini pertama kali muncul pada era kepresidenan Amerika Serikat di bawah Richard Nixon pada tahun 1969. Nixon menggunakan istilah "silent majority" untuk merujuk pada kelompok orang yang tidak aktif secara politik dan diduga mendukung kebijakan-kebijakan konservatif yang diusung oleh pemerintahannya, terutama dalam konteks protes anti-Vietnam War yang terjadi pada waktu itu. Dengan perkembangan waktu, istilah ini menjadi bagian dari bahasa umum untuk menggambarkan kelompok mayoritas yang cenderung tidak bersuara atau bersikap diam dalam isu-isu tertentu. Tujuan dan dampak dari istilah "silent majority" dapat berbeda-beda tergantung pada konteksnya, terutama dalam konteks politik dan sosial dalam suatu negara.
Baca Juga: Mengenal Quick Count dalam Pemilu beserta Manfaat dan Aturan sesuai UU Tujuan Silent Majority
Berikut adalah pemahaman umum tentang tujuan dan dampaknya: 1. Suara Sebagian Besar Masyarakat Istilah ini sering digunakan untuk menyatakan bahwa kelompok mayoritas dalam masyarakat memiliki suara atau pendapat yang seharusnya diakui dan diwakili, terutama dalam situasi di mana kelompok tersebut cenderung tidak bersuara secara terbuka. 2. Menunjukkan Dukungan Terhadap Kebijakan Tertentu Dalam konteks politik, istilah ini kadang-kadang digunakan untuk menyuarakan bahwa mayoritas masyarakat mendukung atau setidaknya memahami kebijakan atau pandangan tertentu, meskipun mungkin tidak secara terbuka menyuarakannya.
Dampak Silent Majority
Ada beberapa efek dari sebuah gerakan dari silent majority yang dirasakan pasca sebuah kegiatan politik tertentu dalam sebuah negara, dilansir dari
Populism Studies. 1. Timbulnya Opini Publik Penggunaan konsep "silent majority" dapat menyebabkan polarisasi dalam opini publik. Ini karena gagasan tentang mayoritas yang diam dapat memunculkan perasaan ketidakpuasan atau ketidaksetujuan di antara kelompok minoritas atau mereka yang memiliki pandangan berbeda. 2. Legitimasi Kebijakan Pemerintah Dalam situasi politik, jika pemerintah atau kelompok tertentu menggunakan istilah ini untuk mengklaim dukungan mayoritas, ini dapat memberikan legitimasi pada kebijakan atau tindakan yang diambil, terutama jika kelompok mayoritas tersebut memang mendukung secara diam-diam. 3. Efek Terhadap Partisipasi Politik Penggunaan istilah ini dapat mempengaruhi partisipasi politik masyarakat. Jika kelompok mayoritas merasa diabaikan atau tidak diakui, ini bisa menjadi pendorong bagi mereka untuk lebih aktif dalam proses politik untuk menyuarakan pandangan mereka. 4. Dampak Terhadap Persepsi Masyarakat
Penggunaan istilah ini juga dapat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap isu-isu tertentu. Mungkin tercipta kesan bahwa mayoritas mendukung suatu hal, meskipun pada kenyataannya tingkat dukungan sebenarnya sulit diukur. Nah, sebagai catatan bahwa efek dan tujuan "silent majority" dapat sangat bervariasi bergantung pada konteks dan cara istilah ini digunakan dalam situasi tertentu. Itulah informasi terkait arti
Silent Majority untuk menjadi pengetahuan baru yang berkaitan dengan fenomena politik di Indonesia saat ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News