Ketakutan tapering mereda, pasar obligasi Indonesia menguat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia terus mencatatkan perbaikan kinerja. Dalam tiga bulan terakhir, Indonesia Composite Bond Index tercatat berada dalam tren bullish. Bahkan, pada Jumat (11/6) ICBI berada di level 320,06 yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah.

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha menjelaskan, tren positif yang terjadi di pasar obligasi Indonesia disebabkan oleh stabilnya pergerakan yied US Treasury. Sebelumnya, pasar obligasi Indonesia sempat tertekan ketika yield US Treasury naik seiring kekhawatiran The Fed akan melakukan tapering lebih cepat dari perkiraan.

“Namun, melihat kondisi ekonomi AS saat ini, data non-farm payroll masih di bawah konsensus mengindikasikan masih perlunya stimulus. Jadi dapat diartikan pemulihan ekonomi AS itu belum solid. Oleh karena itu, The Fed tidak akan melakukan tapering lebih cepat dari perkiraan,” terang Yudha ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (11/6).


Yudha menambahkan, meredanya kekhawatiran tersebut membuat yield US Treasury cenderung terkoreksi. Pada akhirnya, hal tersebut memantik investor asing untuk mulai kembali masuk, sekaligus menambah kepercayaan investor domestik untuk melakukan pembelian SBN.

Baca Juga: Jika pajak obligasi resmi jadi 10%, reksadana terproteksi dinilai tak lagi menarik

Dari sisi domestik, Yudha menyebut yield SBN saat ini sangatlah menarik. Da bilang, spread SBN dengan US Treasury merupakan salah satu yang tinggi, begitu pun spread terhadap inflasi. Sementara dibanding peers, seperti Vietnam, Filipina, bahkan India juga lebih tinggi.

Dari sisi fundamental, dia juga menilai Indonesia saat ini dalam keadaan yang relatif baik. Mulai dari nilai tukar rupiah yang stabil, data cadangan devisa yang cukup tinggi, hingga kondisi impor-ekspor yang terus membaik sebagai cerminan pemulihan ekonomi mulai berjalan.

“Secara jangka pendek, tren bullish ini masih akan terus berlanjut. Bisa dibilang, rally positif ini memang sudah seharusnya terjadi, hanya saja kemarin kan sempat berhenti karena volatilitas yield US Treasury,” imbuh Yudha.

Baca Juga: Kapitalisasi pasar bursa capai Rp 7.210,56 triliun pada perdagangan pekan ini

Namun, Yudha mengingatkan, secara jangka pendek risiko Covid-19 masih akan membayangi pasar SBN. Pasalnya, dalam beberapa hari terakhir, kasus positif terus melonjak. Jika terus berlanjut, bisa jadi kasus Covid-19 akan menjadi sentimen negatif bagi kinerja SBN.

Dengan berbagai kondisi yang sudah ia sebutkan di atas, Yudha cukup optimistis investor asing akan mulai kembali masuk ke SBN. Hanya saja, untuk porsi investor asing untuk bisa ke level 30% masih akan perlu waktu. Apalagi, sedang ada perubahan struktural pada kepemilikan SBN seiring partisipasi investor lokal yang bertambah. 

“Pada akhirnya, seiring kepemilikan asing yang bertambah, kondisi fundamental yang membaik, pasar SBN hingga akhir tahun nanti trennya akan bullish. Kami masih optimistis yield SBN acuan 10 tahun bisa ke arah 5,75%,” pungkas Yudha.

Baca Juga: Intip strategi Bos Sour Sally Group mengelola portofolio investasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati