JAKARTA. Maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengalami "turbulensi" keuangan karena membukukan kerugian US$ 371,9 juta atau sekitar Rp 4,87 triliun (kurs Rp 13.100 per dollar AS) pada tahun 2014. Kerugian Garuda itu menurut Vice Presiden Coorporate Communication Pujobroto diakibatkan faktor eksternal yaitu depresiasi rupiah, serta sempat tingginya harga bahan bakar yang menekan profit mengingat biaya bahan bakar merupakan salah satu komponen biaya operasional terbesar, yaitu mencapai 40%. Selain karena faktor eksternal, tertekannya profit Garuda juga dipengaruhi oleh lambatnya pengembangan infrastruktur transportasi udara nasional yang berdampak pada inefisiensi operasional penerbangan. Padahal, persaingan penerbangan yang semakin ketat di Asia Pasifik karena ekspansi maskapai penerbangan murah dan maskapai penerbangan Timur Tengah juga menjadi faktor penghalang.
Ketatkan ikat pinggang, Garuda mencoba bangkit
JAKARTA. Maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengalami "turbulensi" keuangan karena membukukan kerugian US$ 371,9 juta atau sekitar Rp 4,87 triliun (kurs Rp 13.100 per dollar AS) pada tahun 2014. Kerugian Garuda itu menurut Vice Presiden Coorporate Communication Pujobroto diakibatkan faktor eksternal yaitu depresiasi rupiah, serta sempat tingginya harga bahan bakar yang menekan profit mengingat biaya bahan bakar merupakan salah satu komponen biaya operasional terbesar, yaitu mencapai 40%. Selain karena faktor eksternal, tertekannya profit Garuda juga dipengaruhi oleh lambatnya pengembangan infrastruktur transportasi udara nasional yang berdampak pada inefisiensi operasional penerbangan. Padahal, persaingan penerbangan yang semakin ketat di Asia Pasifik karena ekspansi maskapai penerbangan murah dan maskapai penerbangan Timur Tengah juga menjadi faktor penghalang.