Ketegangan AS vs China kembali memanas jadi sentimen buruk pasar obligasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi diperkirakan kembali sideways dengan kecenderungan negatif pada pekan pertama Mei 2020. Dalam rilis IBPA dijelaskan, sentimen dari global yang cenderung negatif karena pasar akan kembali fokus pada data ekonomi AS. 

Setelah data awal produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2020 yang terkontraksi pada pekan lalu. Pada pekan ini pasar akan mencermati data ketenagakerjaan AS khususnya tingkat pengangguran yang berdasarkan konsensus akan melonjak menjadi 16% dari 4,4%. 

Baca Juga: Pemerintah menerbitkan surat utang Rp 136,69 triliun dalam sepekan


Ketegangan AS-China kembali memanas ditengah pandemi Covid-19 turut menjadi sentimen negatif pasar. Sementara dari dalam negeri belum terdapat sentimen lanjutan selain inflasi bulan April yang berada di level 2,67% yoy atau terkendali dalam target BI 3% ± 1%. 

Pada pekan lalu, kinerja mingguan indeks pasar obligasi Indonesia melemah terbatas. Indonesia Composite Bond Index (ICBI) turun sebesar -0,06% week on week (wow) ke level 272,29 pada pekan kelima di April 2020. Ini terpicu INDOBeXG-Total Return yang turun -0,08% wow ke level 266,50. Sedangkan kinerja INDOBeXC-Total Return menguat +0,04% wow ke level 302,8050. 

Dalam setahun berjalan, ICBI dan INDOBeXG-TR mencatat return negtif masing-masing sebesar -0,79% ytd dan -1,01%, sementara INDOBeXC-TR   mencatat return positif sebesar +1,01% ytd.  Pergerakan terbatas pasar obligasi pekan ini turut tercermin pada nilai transaksi bersih di pasar SBN. 

Baca Juga: Lelang Surat Berharga Syariah Negara diprediksi akan cukup ramai, ini penyebabnya

Transaksi di pasar SBN tampak didominasi institusi perbankan dan Bank Indonesia. Namun transaksi tersebut diduga merupakan transaksi repo, tercermin dari net sell yang dibukukan institusi perbankan senilai Rp 8,50 triliun, sementara di satu sisi BI membukukan net buy Rp 9,33 triliun. 

Pekan lalu, asing mencatat nilai jual bersih senilai Rp 1,68 triliun setelah di pekan lalu masih net buy meski tipis sebesar Rp 101 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana