Ketegangan Brexit meningkat, sterling kian lemah



JAKARTA. Kekhawatiran pasar akan keluarnya Inggris dari Zona Eropa (Brexit) yang dalam beberapa waktu terakhir menggerus kekuatan poundsterling. Tingginya ketidakpastian di pasar ini diduga akan terus berlanjut hingga Juni 2016 mendatang, saat referendum di Inggris diselenggarakan.

Menjelang Juni, suara masyarakat di Inggris memang jelas terbelah. Ini setelah James Cameron, Perdana Menteri Inggris membuka peluang terjadinya strategi yang berisiko ini. Cameron menjanjikan masyarakat akan mendesak Uni Eropa mempertimbangkan dan mengatur ulang posisi Inggris dalam keanggotaan Uni Eropa.

Seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (9/2) Donald Tusk, Presiden Uni Eropa pekan lalu sudah mengajukan akan melakukan beberapa perubahan dalam aturan Uni Eropa. Hal ini nantinya akan dibahas dalam pertemuan Uni Eropa pada 18 Februari 2016 mendatang.


Beberapa poin yang termasuk di dalamnya adalah membentengi negara non zona Eropa dari aturan zona Eropa serta menempatkan regulasi keuangan Inggris lebih banyak diatur di bawah kekuasaan negara Ratu Elizabeth.

Saat ini ketidaksetujuan menyebar luas. Beberapa petinggi Eropa memutuskan akan memberikan hukuman pada Cameron dengan mempermalukannya pada EU summit. Begitu juga dengan menolak proposal yang akan diajukan Tusk.

“Selama hal ini terus berlangsung, posisi sterling akan ada dalam tekanan bearish,” kata Sri Wahyudi, Research and Analyst PT Garuda Berjangka.

Bahkan bukan tidak mungkin, mendekati referendum, nilai euro pun bisa terseret pelemahan akibat ketidakpastian yang memuncak di zona Eropa.

Hingga pukul 19.05 WIB posisi sterling terus merunduk. Pasangan GBP/USD tergelincir 0,06% ke level 1,4424 dibanding hari sebelumnya. Lalu pairing GBP/JPY merosot dalam 0,82% di level 165,82 serta EUR/GBP terbang 0,36% ke level 0,7784.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto