Ketegangan China dan Taiwan meningkat, 200 penerbangan dibatalkan



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Sejumlah maskapai penerbangan China membatalkan ratusan penerbangan ke dan dari Taiwan karena kian meningkatnya perselisihan mengenai rute penerbangan.

Hal tersebut mengganggu rencana ribuan penumpang menjelang liburan Tahun Baru Imlek, yang merupakan musim perjalanan utama di kawasan ini.

Dua maskapai utama, China Eastern Airlines (CEA) dan Xiamen Airlines, mengatakan pada Selasa (30/1) bahwa mereka telah membatalkan penerbangan karena Taiwan menolak untuk menyetujuinya. Penerbangan tersebut telah dijadwalkan di samping layanan reguler maskapai penerbangan ke Taiwan untuk mengatasi tingginya permintaan perjalanan menjelang liburan Tahun Baru Imlek, yang dimulai bulan depan.


Namun Taiwan mengatakan, pihaknya tidak diajak berkonsultasi mengenai rute yang akan digunakan maskapai penerbangan tersebut. Taiwan juga menuduh tindakan Beijing "unilateral".

China Eastern Airlines mengatakan telah membatalkan 212 penerbangan antara China daratan dan Taiwan yang sebelumnya direncanakan untuk masa liburan.

"Hambatan yang tidak masuk akal ... telah secara serius melanggar kepentingan bersama dari perusahaan dan pelanggan kami, dan sangat melanggar kebutuhan kemanusiaan dari ribuan penumpang dan keluarga mereka," kata maskapai China Eastern.

Sementara itu, Xiamen Airlines mengatakan pihaknya telah membatalkan setidaknya 70 penerbangan tambahan, serta menuduh Taiwan "tidak berperasaan".

Administrasi Penerbangan Sipil China mengumumkan pada awal bulan ini bahwa pihaknya membuka empat rute untuk memudahkan lalu lintas udara di wilayah udaranya di atas Selat Taiwan, yang memisahkan pulau itu dari daratan China. Maskapai penerbangan China merencanakan untuk menggunakannya pada penerbangan Tahun Baru Imlek mereka.

Administrasi Aeronautika Sipil Taiwan mengatakan bahwa mereka tidak diajak berkonsultasi mengenai rute tersebut. Salah satu dari rute itu, yang dikenal sebagai M503, memicu perselisihan sebelumnya antara Taipei dan Beijing pada tahun 2015.

Pejabat Taiwan mengatakan bahwa rute tersebut menimbulkan risiko keselamatan saat mereka melewati bandara dekat pulau-pulau yang berada di bawah kendali Taiwan namun berada di dekat daratan China.

Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, telah memperingatkan bahwa masalah ini membahayakan hubungan yang rapuh antara Taipei dan Beijing.

"Tindakan sepihak baru-baru ini oleh #China - termasuk rute penerbangan M503 & latihan militer yang meningkat- tidak stabil & harus dihindari," dia tweet awal bulan ini. "#Taiwan akan terus menjaga status quo Kami mengimbau semua pihak untuk melakukan hal yang sama."

China Air Transport Association, sebuah kelompok perdagangan yang berafiliasi dengan pemerintah China, pada Selasa menyuarakan dukungannya untuk kedua maskapai tersebut, dengan mengatakan bahwa rute M503 "telah disetujui oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional setelah demonstrasi keamanan dan verifikasi menyeluruh oleh para ahli. Isu keselamatan adalah murni imajinasi. "

China dan Taiwan berpisah pada 1949 setelah perang saudara berdarah. Beijing terus mengklaim pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya dan mengancam akan menyerang jika Taiwan bergerak untuk menyatakan  kemerdekaannya secara de facto.

Tsai, yang terpilih pada 2016, menolak untuk menyetujui prinsip "Satu China", yang menyatakan bahwa Taiwan dan daratan adalah bagian dari China. Tapi dia bilang, dirinya ingin mempertahankan status quo.

Kedua belah pihak telah mengurangi komunikasi sejak Tsai berkuasa, dan Beijing telah meningkatkan latihan militer di Selat Taiwan.

Taiwan mengatakan, militernya akan menantang setiap pesawat yang mengancam keamanan pulau tersebut.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie