Ketegangan geopolitik jaga panasnya minyak mentah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minyak mentah kembali mempertahankan penguatannya pada Rabu (11/4). Tampaknya ketegangan yang terjadi di Suriah berhasil membawa harga tetap melejit. Tampaknya pasar lebih mengkhawatirkan potensi gangguan produksi jika hal itu benar-benar dilakukan.

Mengutip Bloomberg, Rabu (11/4) harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tercatat menguat 0,90% ke level US$ 66,10 per barel dari hari sebelumnya. Ini merupakan level tertinggi sejak Juni 2015 lalu.

“Saat ini fokus pasar memang lebih ke Timur Tengah,” ujar Faisyal, Analis PT Monex Investindo Futures kepada Kontan, Rabu (11/4).


Dalam situs jejaring social twitter Presiden Donald Trump menjadikan akan mengirim rudal ke Suriah sebagai respon atas serangan senjata kimia yang diduga dilakukan oleh pemerintahan Presiden Suriah Bashar Assad.

Bersama sukutunya negeri Paman Sam itu berniat melakukan penyerangan dalam waktu 72 jam ke depan sejak kemarin. Setidaknya dalam dua hari ke depan menurut Faisyal minyak mentah akan mendapatkan katalis positif yang bisa menjaga harga.

Padahal seharusnya minyak mentah masih mendapatkan tekanan dari naiknya produksi AS. Akhir pekan lalu, Baker Huhges melaporkan untuk pekan yang berakhir 6 April minyak jumlah rig aktif tercatat menyentuh 808 rig atau merupakan angka tertinggi sejak tahun 2015.

 Kemudian American Petroleum Institute (API) juga melaporkan untuk periode yang sama cadangan minyak tumbuh 1,758 juta barel.

Selain itu minyak penguatan WTI juga terjadi karena meredanya ketegangan perang dagang antara AS dan China dan kembali melemahnya indeks dollar AS.

Dalam pidatonya Presiden China Xi Jinping telah berjanji untuk membuka ekonomi China dan menurunkan tarif impornya. Kemudian pada pukul 20.00 wib indeks dollar AS sendiri masih terkoreksi 0,10% ke level 89,501.

Begitu juga dengan Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures. Ia melihat saat ini pasar cenderung mengabaikan kondisi fundamental.

Menurutnya jika nanti Energy Information and Administration (EIA) benar-benar merilis jumlah cadangan minyak mentah AS untuk pekan yang berakhir 6 April 2018 tumbuh 600.000 barel ada kemungkinan penguatan harga akan tertahan.

Apalagi EIA sendiri telah memperkirakan di tahun 2019 kenaikan produksi minyak mentah bisa naik 750.000 barel per hari menjadi 11,44 juta. “Itu sudah melebihi produksi Rusia,” terangnya.

Ia melihat kenaikan harga akibat kondisi geopolitik tidak akan bertahan lama. Kalau akhirnya serangan AS ke Suriah urung dilakukan maka harga kembali terkoreksi. Pelaku pasar pun akan fokus melihat faktor fundamental yang membalut pergerakan harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto